Jakarta, 6 Januari 2025 -- Mengikuti ajaran Teologi Alma'un yang mengutamakan tindakan nyata dalam membantu sesama, tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA)---Wafiq, Azizah, dan Gita---meluncurkan sebuah program pemberdayaan untuk kaum dhuafa. Program ini bertujuan membantu Bapak Sanusi, seorang pria lanjut usia yang tinggal sendirian di sebuah gubuk yang terbuat dari spanduk dan kayu seadanya di Jl. Gudang Air No. 13, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Bapak Sanusi telah lama hidup dalam kesendirian, dengan keluarganya yang sudah putus kontak, dan bekerja serabutan dengan penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari yaitu kurang dari 30 ribu rupiah per bulan.
Teologi Alma'un mengajarkan umat untuk tidak hanya berbicara tentang kebaikan, tetapi juga untuk mewujudkannya dalam tindakan yang nyata. Dalam konteks ini, ajaran tersebut mendorong umat Islam untuk peduli dan berbuat baik kepada kaum dhuafa, terutama mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kesulitan. Program yang digagas oleh Wafiq, Azizah, dan Gita ini adalah contoh konkret dari ajaran Teologi Alma'un yang mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk membantu Bapak Sanusi yang telah lama menghadapi kesulitan tanpa ada dukungan yang memadai.
Bapak Sanusi mengungkapkan bahwa sejak lama ia hidup dalam keterbatasan. "Saya tinggal sendirian di gubuk ini. Keluarga sudah lama tidak menghubungi saya, anak-anak saya pun sudah tidak ada kabar. Penghasilan saya dari kerja serabutan hanya sekitar 30 ribu rupiah per bulan. Itu pun seringkali tidak cukup untuk makan," kata Bapak Sanusi dengan nada yang penuh keprihatinan. Dalam kondisi seperti ini, harapan akan perubahan hidup sangat jauh dari jangkauannya, hingga mahasiswa UHAMKA datang dengan solusi yang memberi harapan baru.
Melihat kondisi ini, ketiga mahasiswa tersebut berinisiatif untuk membuka sebuah warung sederhana sebagai bentuk pemberdayaan yang dapat memberikan Bapak Sanusi peluang untuk memiliki penghasilan yang lebih baik dan mandiri. Warung ini, yang dibuka tepat dirumah Bapak Sanusi, menyediakan berbagai kebutuhan pokok seperti beras, minyak, gula, serta minuman ringan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar.
"Tujuan kami adalah agar Bapak Sanusi tidak lagi harus bergantung pada pekerjaan serabutan yang tidak pasti dan tidak mencukupi kebutuhan hidup. Dengan adanya warung ini, diharapkan beliau bisa mendapatkan penghasilan yang lebih stabil dan hidup lebih layak," ujar wafiq, salah satu mahasiswa yang terlibat dalam program tersebut.
Tak hanya memberikan bantuan fisik, Wafiq, Azizah, dan Gita juga memberikan pembelajaran kepada Bapak Sanusi mengenai cara mengelola warung dengan baik. Mereka mengajarkan Bapak Sanusi tentang dasar-dasar pengelolaan usaha kecil, seperti cara mengatur keuangan, memilih bahan-bahan yang tepat untuk dijual, serta cara berinteraksi dengan pelanggan. Mereka berharap agar pembelajaran yang diberikan dapat membekali Bapak Sanusi dengan keterampilan yang cukup untuk menjalankan warung secara mandiri dan berkelanjutan.
Azizah menambahkan, "Kami tidak hanya ingin memberi bantuan sementara, tetapi ingin memberikan Bapak Sanusi kemandirian. Kami ingin beliau memiliki kemampuan untuk menjalankan usaha ini sendiri dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya."
Program ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat sekitar, yang turut merasakan manfaatnya. Selain membantu Bapak Sanusi, warung ini juga menjadi tempat yang mempererat hubungan antara Bapak Sanusi dan lingkungan sekitar. Melalui usaha ini, Bapak Sanusi bisa berinteraksi lebih banyak dengan warga dan tidak lagi merasa kesepian.