Kehadiran Artificial Intelligence (AI) telah membawa perubahan besar di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Sejak munculnya AI pada awal abad ke-20, teknologi ini berkembang pesat dengan kemampuan untuk meniru berbagai aspek kecerdasan manusia.Â
Perkembangan pesat dalam komputasi dan perangkat keras semakin memperkuat potensi AI dalam mendukung, bahkan menggantikan, beberapa peran tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apakah AI benar-benar bisa menggantikan peran seorang guru di ruang kelas?Â
Kemampuan dan Peran AI dalam Pendidikan
Pada dasarnya, AI dapat membantu mempermudah proses pengajaran dan pembelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi. AI dapat diakses kapan saja dan menyediakan sumber daya pembelajaran yang melimpah melalui ruang kelas virtual.Â
Hal ini menawarkan kelebihan berupa akses 24 jam untuk siswa, tanpa terbatas waktu dan tempat. AI juga mampu menyesuaikan materi pembelajaran dengan kebutuhan individu berdasarkan data, yang disebut sebagai pembelajaran adaptif.
Dalam survei yang dilakukan oleh Tirto bersama Jakpat pada Mei 2024, terlihat bahwa 86,21 persen pelajar usia 15-21 tahun di tingkat SMA dan perguruan tinggi telah menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas setidaknya sekali dalam sebulan.
 Ini menunjukkan bahwa AI sudah banyak digunakan di kalangan pelajar, terutama untuk membantu dalam aspek-aspek teknis pengerjaan tugas. AI bisa menawarkan jawaban cepat, analisis otomatis, dan pengoreksian kesalahan dalam tugas sekolah. Dalam konteks ini, AI jelas memberikan manfaat praktis bagi siswa dalam meningkatkan efisiensi belajar mereka.
Sentuhan Manusia yang Tidak Tergantikan
Meskipun AI menawarkan banyak kemudahan, ada satu hal penting yang tidak bisa diabaikan: interaksi manusia. Guru tidak hanya berperan sebagai penyampai materi pembelajaran, tetapi juga sebagai mentor, motivator, dan sosok yang memberikan dukungan emosional bagi siswa.Â
AI, meskipun canggih, belum dapat sepenuhnya meniru kedalaman dan nuansa interaksi yang dibawa oleh seorang guru dalam membimbing siswanya. Proses pembelajaran bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang membangun hubungan sosial, empati, dan komunikasi, aspek-aspek yang saat ini masih sulit untuk direplikasi oleh teknologi.
AI mungkin dapat membantu dalam menyederhanakan tugas-tugas administratif, seperti penilaian otomatis, namun pengajaran yang efektif melibatkan lebih dari sekadar memberikan pengetahuan. Guru memiliki kemampuan untuk membaca emosi, memahami kesulitan siswa secara lebih mendalam, dan memberikan bimbingan moral—hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh AI.Â
Misalnya, dalam situasi di mana seorang siswa merasa frustasi atau kehilangan motivasi, kehadiran seorang guru yang bisa memberikan dorongan mental sangat berharga dan berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan emosi siswa.
Kolaborasi, Bukan Pengganti
AI sebaiknya tidak dilihat sebagai pengganti guru, tetapi lebih sebagai alat pendukung dalam proses pendidikan. AI bisa mengambil alih tugas-tugas yang lebih rutin, seperti membuat soal ujian, menilai jawaban, atau memberikan latihan tambahan secara otomatis, sehingga guru bisa fokus pada aspek yang lebih kompleks dan personal dalam pendidikan.Â
Kehadiran AI di kelas dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih efisien, di mana guru dan siswa dapat memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Guru dan AI bisa bekerja secara sinergis: AI menangani aspek administrasi dan pengelolaan data, sementara guru berfokus pada pengajaran yang lebih personal, menumbuhkan karakter, dan membangun hubungan sosial dengan siswa. Dalam model ini, AI bukanlah pesaing, tetapi partner yang membantu guru melaksanakan tugas mereka dengan lebih efektif dan efisien.
Beberapa eksperimen telah menunjukkan bahwa kolaborasi ini menghasilkan peningkatan performa siswa. Sebuah studi oleh EdTech pada tahun 2023 menemukan bahwa sekolah yang mengintegrasikan teknologi AI bersama dengan metode pengajaran tradisional mengalami peningkatan hasil ujian sebesar 15 persen dibandingkan dengan sekolah yang hanya mengandalkan metode konvensional.
AI memiliki potensi luar biasa dalam mendukung pendidikan, namun belum mampu menggantikan peran guru sepenuhnya. Sentuhan manusia dalam pendidikan seperti empati, bimbingan moral, dan kemampuan membaca keadaan emosional siswa adalah komponen-komponen esensial yang tetap tidak tergantikan oleh teknologi.Â
Pendidikan yang terbaik adalah yang melibatkan kombinasi optimal antara teknologi dan bimbingan manusia. Dengan demikian, masa depan pendidikan yang ideal bukanlah dunia di mana AI menggantikan guru, tetapi dunia di mana AI membantu dan mendukung peran penting guru dalam membimbing generasi muda menuju masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H