Setiap tahun, dunia memperingati Hari Melawan Pekerja Anak Sedunia pada tanggal 12 Juni. Ini bukan hanya sebuah hari peringatan, tetapi juga panggilan moral bagi kita semua untuk bersatu dalam memerangi praktik pekerja anak yang merugikan generasi penerus. Di Indonesia, kita masih dihadapkan dengan realitas yang menyedihkan di mana ribuan anak terjebak dalam dunia pekerjaan yang tidak sesuai dengan usia dan hak mereka.
Menurut data terbaru dari International Labour Organization (ILO), Indonesia memiliki sekitar 2,2 juta anak yang terlibat dalam pekerjaan anak pada tahun 2020. Angka ini memang menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya, namun tantangan utama tetap terletak pada akses pendidikan yang merata dan layak bagi semua anak. Fakta ini mengingatkan kita bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk melindungi hak-hak anak.
Selain itu, laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang terlibat dalam pekerjaan anak berasal dari keluarga dengan tingkat pendapatan rendah dan tingkat pendidikan yang terbatas. Hal ini menegaskan perlunya upaya konkret dalam memberikan akses pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak dari semua lapisan masyarakat.
Tantangan dan Solusi
Tantangan utama dalam memerangi pekerja anak adalah penegakan hukum yang lebih tegas dan kesadaran masyarakat yang harus ditingkatkan. Baru-baru ini, Indonesia telah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PNPPA) 2020-2024 yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi anak-anak dari pekerjaan yang tidak sesuai usia.
Selain itu, kesenjangan antara kota dan pedesaan dalam hal akses pendidikan dan informasi juga menjadi tantangan yang signifikan. Inovasi teknologi, seperti program pembelajaran online, dapat menjadi solusi untuk menyediakan akses pendidikan yang lebih merata bagi anak-anak di daerah terpencil.
Aksi yang dapat Dilakukan:
- Mendukung langkah-langkah penegakan hukum yang lebih tegas terhadap praktik pekerja anak.
- Mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif pekerja anak dan pentingnya akses pendidikan yang merata.
- Meningkatkan program-program pendidikan dan pelatihan untuk anak-anak di daerah-daerah terpencil dan rentan.
- Mendukung program-program pemerintah yang memperluas akses pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak.
- Edukasi publik tentang dampak negatif pekerja anak.
- Berpartisipasi aktif dalam kampanye sosial dan advokasi hak-hak anak.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Pemerintah memiliki peran besar dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perlindungan anak-anak dari praktik pekerja anak. Langkah-langkah konkret seperti peningkatan pengawasan terhadap industri-industri yang rentan terhadap pekerja anak dan penegakan hukum yang konsisten perlu terus diupayakan.
Masyarakat juga dapat berperan dengan:
- Mendukung LSM dan organisasi-organisasi yang bergerak dalam perlindungan anak.
- Menjadi pelopor perubahan dalam lingkungan sekitar untuk memberikan peluang pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak.
Hari Melawan Pekerja Anak Sedunia bukan hanya hari untuk berbicara, tetapi juga hari untuk bertindak. Dengan bersatu, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak, di mana hak-hak mereka dihormati dan dilindungi sepenuhnya. Mari kita bersama-sama menjadi suara bagi mereka yang belum bisa bersuara dan bertindak untuk memastikan mereka mendapat kesempatan yang setara untuk tumbuh dan berkembang.
Referensi:
- International Labour Organization (ILO). (2020). Global Estimates on Child Labour: Results and Trends, 2012-2020.
- Badan Pusat Statistik (BPS). (2021). Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020.
- UNESCO. (2021). Education for All Global Monitoring Report.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H