Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan tradisi yang didasarkan pada keragaman budaya yang dimilikinya dan tersebar luas di berbagai penjuru pelosok kepulauan Indonesia.Â
Salah satu kekayaan tradisi yang ada yaitu perayaan grebeg suro. Grebeg suro merupakan ajang perayaan ketika menyambut datangnya bulan Muharram tepatnya pada tanggal 1 Muharram (1 Suro dalam kalender Jawa).Â
Dalam perayaan tersebut biasanya terdapat pertunjukkan seni dan budaya yang ditampilkan seperti Festival Nasional Reog Ponorogo, Pawai Lintas Sejarah, dan Kirab Pusaka di Telaga Ngebel.
Perayaan "grebeg suro" merupakan tradisi yang dilakukan setiap tahun sekali oleh setiap daerah yang masih mempercayai  adat kejawen.Â
Tradisi "grebeg suro" ini dilaksanakan setiap tanggal 1 bulan suro sebagai wujud rasa syukur kepada tuhan dan penghormatan kepada para leluhur prayaan ini bisa kita temui di wilayah jawa timur misalnya di daerah banyuwangi, jember, dan lumajang.Â
Tradisi "grebeg suro "ini sangat menarik perhatian publik karena kemeriahannya tidak hanya masyarakat lokal tetapi juga dari luar jawa, meskipun sama-sama perayaan di bulan suro tetapi di tiap-tiap daerah pasti memiliki perbedaan dan setiap ritualnya sangat dinantikan oleh masyarakat acara-acara yang biasanya terdapat dalam ritual ini seperti "larungan sesaji", ritual doa, arak-arakan gunungan dll, karena di setiap daerah pasti memiliki keunikannya masing-masing.Â
Karena banyaknya antusias warga yang mengikuti perayaan ini,akhirnya para pemerintah menjadikan ritual "grebeg suro" ini sebagai agenda rutin tahunan. dengan adanya ritual ini tidak hanya sebagai suatu tradisi saja melainkan sebagai strategi pemerintah dalam mempromosikan daerahnya.
Dalam sejarahnya Grebeg Suro ini merupakan adat istiadat dari masyarakat Ponorogo, Sebab adanya kebiasaan dari masyaraakat terutama kalangan Warok pada malam 1 Suro yakni dengan tirakatan mengelilingi kota dan berhenti di alun-alun Ponorogo selama semalam suntuk.Â
Pada tahun 1987, Bupati Soebarkah Poetro Hadiwirjo terbesit dibenaknya tentang sebuah ide kreatif untuk mewadahi budaya tersebut guna sebagai ajang pelestarian budaya juga.Â
Melihat pemuda yang pada saat itu sudah mulai lintur ketertarikannya dengan kesenian reog, oleh karena itu diadakanlah Grebeg Suro yang disitu diselipkan juga kesenian reog .
Perayaan grebeg suro masa kini tak hanya dilaksanakan di Ponorogo saja, tetapi didaerah kejawen juga dilakukan ritual-ritual grebeg suro.Â
Tentu saja ritual grebeg suro sudah mengalami perubahan-perubahan saat diadopsi di masyarakat luar Ponorogo. Terdapat banyak sekali perbedaan dan kesamaan. Adapun perbedaan yang ada saat perayaan grebeg suro yaitu terletak pada cara merayakannya seperti; ritual, adat istiadan dan tata cara perayaan semua itu tergantung pada kondisiaonal perdaerah.Â
Persamaan perayaan grebeg suro di berbagai daerah yaitu sama-sama memperingati 1 Muharram dan sama-sama dirayakan dengan tujuan sebagai bentuk bersyukur kepada tuhan yang maha ESA. Perayaan grebeg suro banyak dirayakan di daerah pandhalungan seperti Jember, Lumajang dan Banyuwangi.
Dari beberapa informasi yang dinyatakan Narasumber, mayoritas Perayaan Grebeg suro di daerah Pandhalungan merupakan perayaan bagi umat beragama islam. Perayaan ini dilakukan untuk menyambut hari besar tahun Hijriah yang jatuh pada tanggal 1 Muharram/suro.Â
Perayaan ini diperingati sesuai dengan adat daerah masing-masing dengan tujuan perwujudan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, disamping itu perayaan diharapkan agar Tuhan senantiasa memberi keselamatan dan keberkahan rezeki kepada hambanya. Hal ini juga dijelaskan oleh dr. Faida, MMR selaku Bupati Jember.
Tutur beliau  "Ritual petik laut Puger rutin dilakukan setiap tahun, sebagai salah satu ritual adat yang bersifat religius untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT".
Dalam menyambut datangnya 1 suro, sebagian besar warga pandhalungan mempersiapkan segala keperluan sebelum melalukan perayaan. Adapun perayaan di daerah pandhalungan seperti  di Banyuwangi, memandikan keris, membersihkan kafan yang terletak di nisan makam sesepuh, ider barong ( memainkan barong Banyuwangi keliling desa ), ider bumi, tumpengan, kebo keboan ( di desa alasmalang dan aliyan ), petik laut, dan tari Seblang.Â
Perayaan Grebeg suro di Jember meliputi petik laut, madaf muharram carnival, festifal kesenian, memandikan keris, parade sukoreno. Sedangkan di daerah Lumajang, grebeg suro diperingati dengan cara melakukan ritual adat. Sejarah adanya grebeg ini diyakini sejak ratusan tahun yang lalu, sudah diperingati dan diawali oleh masyarakat jawa kuno untuk memperingati 1 muharram.
Perayaan grebeg suro mengandung beberapa nilai-nilai yang positif mulai dari nilai sosial, budaya maupun menambah pemasukan ekonomi. Grebeg suro mengandung nilai sosial karena dilakukan secara bersama dan kompok antar warga, hal ini cukup membuktikan adanya interaksi yang kuat sesama masyarakat.Â
Seperti gotong royong, bersih desa, dan lain sebagainnya. Perayaan grebeg suro juga menjadi salah satu upaya dalam melestarikan budaya.Â
Selain itu perayaan grebeg suro ini juga memiliki efek ganda pada segi ekonomi, hal ini di karenakan banyaknya orang yang berpartisipasi dalam perayaan akan menambah peluang pekerjaan bagai masyarakat. Contohnya: ketika ada pameran-pameran atau pusat keramain tidakbisa dipungkiri jika disana terdapat pedagang kaki lima.
Maka dari itu, banyak hal positif yang dapat kita ambil dari perayaan grebeg suro. Mulai dari segi sosial, budaya maupun ekonomi. Faktanya memang perayaan grebeg suro mampu menambah pemasukan perekonomian masyarakat. Selain itu, dengan adanya grebeg suro kita bisa merasakan budaya asli yang ada di negri ini. Tentu saja, hal ini bisa membangkitkan rasa nasionalisme, patriotisme dan cinta tanah air mejadi bertambah.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Kabupaten Lumajang, 2019 " grebeg suro hutan bambu "
Visit Lumajang, 2018 " mengenal tradisi grebeg suro desa mujur candipuro "
Ades 2021 Â " selametan pelecutan ". Hasil wawancara 2021. Benelan kidul
Dyah Maharani juniyo, Surya.id " menengok tradisi keboan Singojuruh "
MY Bramuda, Kepala dinas kebudayaan dan pariwisata " ider barong acara tahunan "
Muslimin 2021 " selametan pelecutan " Hasil wawancara 16 Juni 2021. Benelan kidul
Hadi, Emalia Putri. 2021. "Tradisi Petik Laut Puger". Hasil wawancara pribadi. 10 juni 2021. Mojosari
Supali. 2021. "Pementasan sanggar seni laras agung". Hasil wawancara pribadi. 3 Juni 2021. Gumukmas
Sari, Indah. 2021. "Festival Budaya sukoreno". Hasil wawancara pribadi. Â 15 Juni 2021. Umbulsari Jember
Hidayat, Ryan. 2021."pelaksanaan Madaf Muharram Carnival". Hasil wawancara pribadi. Jombang Jember.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H