PEMIKIRAN AKHLAK DAN TASAWUF SYEKH AHMAD MUTAMAKKIN KAJEN
 Pemikiran tasawuf Syekh Mutamakkin dengan mengacu pada teks 'Arsy al-Muwayyiddin. Tema pokok yang dibahas dalam teks tersebut tentang ibadah salat dengan perspektif fiqh dan tasawuf. Melalui teks ini, terungkap bahwa bangunan tasawuf Syekh Mutamakkin merupakan bentuk eklektif dan konformatif antara tradisi Islam dan tradisi lokal (Jawa). Oleh karena itu, ia tidak bisa digolongkan dalam kelompok tasawuf Sunni atau Falsafi, juga tidak termasuk dalam tasawuf neosufisme sebagaimana disimpulkan oleh Milal Bezawi. Kesimpulan ini menjadi data pembanding bahwa tuduhan heretik atas diri Syekh Mutamakkin dalam Serat Cebolek lebih disebabkan oleh faktor politik dan pertarungan antara ideologi Islam puritan dan Islam eklektif yang mengakomodasi tradisi Jawa ke dalam tubuh Islam.
Silsilah
Menurut Abdurrahman Wahid Syekh Ahmad Mutamakkin berasal dari Persia (Zabul) merupakan propinsi Khurasan, Iran selatan tetapi masyarakat setempat ia merupakan bangsawan Jawa. Sedangkan menurut catatan sejarah lokal Syekh Mutamakkin dari garis bapak adalah keturunan Raden Patah (Raja Demak) yang berasal dari Sultan Trenggono, Sedangkan dari keturunan ibu dari keturunan Sayyid Ali Bejagung Tuban Jawa Timur, Sayyid ini memiliki putra namanya adalah Raden Tanu Raden Tanu memiliki seorang putri yang menjadi ibunda Syekh Mutamakkin. Beliau adalah keturunan raja muslim jawa Jaka Tingkir, Cicit raja Majapahit terakhir Brawijaya v. Ayah Syekh Mutamakkin adalah Sumohadiwijaya adalah pangeran Benowo II Raden Sumohadinegara bin pangeran Benawa I Raden Hadiningrat bin Jaka Tingkir atau sultan Hadiwijaya bin Ki Ageng Pengging bin Ratu Pambayun binti prabu Brawijaya V Raja Majapahit terakhir. Ratu pambayun adalah saudara permpuan terakhir Raden Patah. Istri Jaka Tingkir adalah putri sultan Trenggono bin Raden Patah Demak.
Menurut sumber lain KH. Syekh Ahmad Mutamakkin masih memiliki garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW. silsilah KH. Ahmad Mutamakkin menunjukkan pertemuannya dengan Nabi melalalui garis ayah, KH. Syekh Ahmad Mutamakkin ibnu Sumahadi negara Ibnu Sunan Benawa Ibnu Abdurrahman Basyiyan Ibnu Sayyid Umar Ibnu Sayyid Muhammad Ibnu Sayyid Ahmad Ibnu Sayyid Abu Bakar Basyiyan Ibnu Sayyid Muhammad Asadullah Ibnu sayyid Husain At-Turaby Ibnu Sayyid Ali Ibnu Sayyid Al-Faqih al-Muqaddam Ibnu Sayyid Aly Ibnu Sayyid Muhammad Shahib Al-Murbath Ibnu Sayyid Ali Khali Qasyim Ibnu Sayyid Alwy Ibnu Sayyid Muhammad Ibnu Sayyid Alwy Ibnu Imam Ubaidillah Ibnu Imam Ahmad Al-Muhajir ila Allah Ibnu Imam Isa an-Naqib Ibnu Imam Muhammad an-Naqib bin Imam Alwy al-Uraidhi Ibnu Imam Jakfar al- adiq Ibnu Imam Muhammad al-Baqir Ibnu Imam Ali zainal Abidin Ibnu Sayyidina Husayain Ibnu Fatimah Azzahra binti Sayyidina Muhammad SAW.
Perjalanan dakwahÂ
konon Syekh Ahmad Mutamakkin pergi melaksanakan ibadah haji ke Mekkah diantarkan oleh bangsa jin yang menjadi muridnya. Saat akan kembali ke tanah Jawa, Syekh Ahmad Mutamakkin dipindahkan di atas tubuh ikan Mladang oleh muridnya. Syekh Ahmad Mutamakkin dibawa menyeberangi lautan oleh ikan Mladang dengan tidak sadarkan diri hingga terdampar di sebuah pantai di Kecamatan Margoyoso, Pati. Yang kemudian ia memberi nama desa ini sebagai desa Cebolek berasal dari kata "jebul-jebul melek" (tiba-tiba sadar). Di desa tersebut Syekh Ahmad Mutamakkin mulai melanjutkan dakwahnya menyebarkan agama Islam. Syekh Ahmad MutamakkinÂ
menghabiskan masa mudanya di Tuban dan melakukan pengembaraan ilmu di Timur Tengah, ia meneruskan gerakan dakwahnya ke wilayah barat dari Tuban hingga desa Kalipang yang berada di kecamatan Sarang, Rembang. Di sini, Syekh Ahmad Mutamakkin sempat tinggal dan membangun sebuah masjid. Kemudian Syekh Ahmad Mutamakkin meneruskan perjalanannya hingga sampailah ia di kecamatan Margoyoso Pati. Dari keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa di masa lalu Syekh Ahmad Mutamakkin diperkirakan sering melakukan perjalanan dari Tuban ke Banten. Setelah sampai di Banten, ia bertemu dengan Syekh Yusuf Al-Maqassari pada tahun 1600-an. Syekh Ahmad Mutamakkin kemudian melakukan pengembaraan ilmu ke Timur Tengah berguru pada tokoh tasawuf dan ulama di sana. Sepulang dari pengembaraan ilmunya karena kapal yang ditumpanginya dirompak oleh bajak laut dari Jepara ia tidak langsung pulang ke Tuban melainkan ke pesisir pantai wilayah Juana. Selanjutnya, ia menetap di pesisir timur Pati dan daerah tersebut diberi nama Cebolek merupakan nama yang sama dengan tempat kelahiranya di tuban
Ajaran dan Pemikiran
-Dalam bidang akhlaq dan tasawuf, Syekh Mutamakkin mengutip hadis yang menceritakan sosok perempuan yang dilihat Nabi ketika peristiwa Isra' Mi'raj. Hadis tersebut, menurut Syekh Mutamakkin, berkaitan dengan pentingnya menjaga hubungan baik antara sesama dengan cara menampilkan akhlak yang terpuji. Perhatian secara teologis terhadap perilaku (akhlaq) manusia serta tanggung jawab didasarkan kepada kewajibannya untuk mencapai Ridho Allah hingga pada akhirnya sampai pada tahap ru'yatullah.