-Sementara dalam bidang tasawuf, ia mengungkapkan beberapa tarekat yang melibatkan dirinya seperti Qadariyyah, Naqsabandiyah, Sattariyah, Khalwatiyah, serta beberapa tarekat lainnya. Sampai pada titik ini, dapat disimpulkan bahwa Mbah Mutamakkin memiliki karakteristik tasawuf sunni. Ditambah lagi ia mengutip beberapa tokoh tasawuf berakiran sunni seperti al-Ghozali dan al-Asy'ari. Walaupun di dalam beberapa kesempatan beliau juga mengutip pemikiran Ibn 'Arabi sehingga menjadikannya bercorak tasawuf falsafi.
-Pemikiran Syekh Ahmad Mutamakkin dalam Bidang Fiqih Syekh Ahmad Mutamakkin tidak membahas syari'ah (fiqh) secara rinci dalam teks Arsy Al-Muwahhidin, berbeda dengan pembahasannya tentang aqidah. Dalam teks tersebut, hanya terdapat keterangan mengenai wudhu, mandi, dan shalat. Dua penjelasan awal berfokus pada aspek kesucian yang bersifat dzahir (fisik). Meskipun tidak menyebutkan referensi dari mana kutipan itu berasal, mazhab Syafi'i tampak lebih dominan dalam tulisan-tulisannya. Pembersihan fisik ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diketahui masyarakat umum dalam fiqhiyah yang ada.Â
-Pemikiran Syekh Ahmad Mutamakkin dalam Bidang Pendidikan Upaya Syekh Ahmad Mutamakkin dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat sebagai kegiatan pembelajaran sosial pada abad ke-18 merupakan bentuk baru dalam hubungan antara Islam dan kekuatan politik. Syekh Ahmad Mutamakkin adalah orang pertama yang menggunakan metode kontekstual budaya, mengingat latar sosial-politik dan budaya pada saat itu. Pada masa tersebut, masyarakat dihadapkan pada dua pilihan: pro atau kontra terhadap kekuasaan. Dalam hal ini, Syekh Ahmad Mutamakkin menawarkan pendekatan alternatif dengan mendirikan lembaga sendiri di luar pemerintah, agar tidak terjebak dalam posisi pro atau kontra terhadap kekuasaan. Ia tidak melawan maupun mendukung penguasa, melainkan berada di antara kedua sikap tersebut. Syekh Ahmad Mutamakkin memberikan contoh bagaimana seharusnya sikap seorang penguasa dalam bertindak, serta membiarkan para ulama menggunakan alternatif kultural di hadapan penguasa.
KesimpulanÂ
Ilmu tasawuf merupakan sebuah jalan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT, namun KH. Ahmad Mutamakkin memaknainya lebih dari sekedar itu. Bertasawuf tidak hanya sebatas hubungan vertikal yaitu antara manusia dengan Tuhan, KH. Ahmad Mutamakkin menyelaraskan seiring berjalan dengan tatanan hidup sosial masyarakat yang merupakan bentuk dari hubungan horizontal. Ajaran tasawuf yang ditawarkan KH. Ahmad Mutamakkin merupakan tasawuf yang menjaga keharmonisan antara; budaya, politik, sosial dan ketuhanan.
Karakteristik Tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin merupakan tasawuf neosufisme, dengan tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin berusaha untuk mendamaikan antara budaya Jawa dengan ajaran tasawuf. Tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin tidak pernah menggunakan istilah Hullul dalam tasawufnya, paham tasawuf yang dianut oleh KH. Ahmad Mutamakkin merupakan trasendentalis mistik yaitu paham mistik yang mempertahankan adanya perbedaann yang esensial antara manusia sebagai makhluk dan Tuhan sebagai Khalik, berbeda dengan ajaran mistik Manuggaling kawula Gusti. Tasawuf yang dibangun oleh KH. Ahmad Mutamakkin merupakan tasawuf yang lebih mengutamakan sisi amaliah lebih berperan aktif dalam masyarakat, politik dan budaya. Tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin memberikan nuansa berbeda, lebih terkesan fleksibel dan mudah diterima Secara umum karena tetap berpedoman pada ajaran syariat. Dalam menjalankan syariahnya Syekh Ahmad Mutamakkin bermazhab Syafi 'iyah. Syekh Ahmad Mutamakkin menempatkan suatu gerakan kultural keagamaan berdasarkan rahmatan lil'alamin, yang mencakup persamaan martabat, keadilan dan menjunjung tinggi nilai ilahiah dan nilai kemanusiaan. Dengan berusaha untuk tidak merusak kebudayaan lokal, namun menyelaraskan dengan diberdayakan dan direkonstruksi melalui cara memasukkan nilai-nilai keislaman.
Pokok tujuan dari ajaran tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin
Merupakan tasawuf yang mengukuhkan tauhid (keesaan Allah), dan senantiasa untuk berdzikir kepada Allah. KH. Ahmad Mutamakkin tetap menyeimbangakan tanzih dan tasybih yaitu tetap meletakkan eksistensi manusia tetap tidak seperti dzat Allah. Tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin menitikberatkan pada perjalanan lahir dan batin dalam tujuan untuk mencapai membentuk kepribadian yang terpuji (mahmdah) dan kondisi psikis yang seimbang dan sifat mulia (akhlak al-karimah), selanjutnya, menemukan identitas diri yang hakiki; dan, mencapai kedekatan (taqarrub) dengan yang ilahi serta mendapatkan pengetahuan yang tinggi dan hakiki (ma'rifah). Mengenai hakikat ma'rifatullah (mengetahui Allah) KH. Ahmad Mutamakkin memberikan penjelasan bahwa ma 'rifatullah adalah meniadakan seluruh penghalang ketika syuhudi al-haqqullah (menyaksikan Allah). Seseorang yang telah mengetahui Allah, dengan segala keyakinan pasrah dan tunduk kepadaNya baik itu dalam aspek transendentalnya (tanzih) maupun
Referensi :
1) https://repository.iainkudus.ac.id/8205/7/07%20BAB%20IV.pdf