Mohon tunggu...
Wafiq Miftahul Hasan
Wafiq Miftahul Hasan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

bisa mikir kalau lagi di wc

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Akhlaq dan Tasawuf Syekh Ahmad Mutamakkin Kajen

15 Oktober 2024   14:35 Diperbarui: 15 Oktober 2024   14:42 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PEMIKIRAN AKHLAK DAN TASAWUF SYEKH AHMAD MUTAMAKKIN KAJEN

 Pemikiran tasawuf Syekh Mutamakkin dengan mengacu pada teks 'Arsy al-Muwayyiddin. Tema pokok yang dibahas dalam teks tersebut tentang ibadah salat dengan perspektif fiqh dan tasawuf. Melalui teks ini, terungkap bahwa bangunan tasawuf Syekh Mutamakkin merupakan bentuk eklektif dan konformatif antara tradisi Islam dan tradisi lokal (Jawa). Oleh karena itu, ia tidak bisa digolongkan dalam kelompok tasawuf Sunni atau Falsafi, juga tidak termasuk dalam tasawuf neosufisme sebagaimana disimpulkan oleh Milal Bezawi. Kesimpulan ini menjadi data pembanding bahwa tuduhan heretik atas diri Syekh Mutamakkin dalam Serat Cebolek lebih disebabkan oleh faktor politik dan pertarungan antara ideologi Islam puritan dan Islam eklektif yang mengakomodasi tradisi Jawa ke dalam tubuh Islam.

Silsilah

Menurut Abdurrahman Wahid Syekh Ahmad Mutamakkin berasal dari Persia (Zabul) merupakan propinsi Khurasan, Iran selatan tetapi masyarakat setempat ia merupakan bangsawan Jawa. Sedangkan menurut catatan sejarah lokal Syekh Mutamakkin dari garis bapak adalah keturunan Raden Patah (Raja Demak) yang berasal dari Sultan Trenggono, Sedangkan dari keturunan ibu dari keturunan Sayyid Ali Bejagung Tuban Jawa Timur, Sayyid ini memiliki putra namanya adalah Raden Tanu Raden Tanu memiliki seorang putri yang menjadi ibunda Syekh Mutamakkin. Beliau adalah keturunan raja muslim jawa Jaka Tingkir, Cicit raja Majapahit terakhir Brawijaya v. Ayah Syekh Mutamakkin adalah Sumohadiwijaya adalah pangeran Benowo II Raden Sumohadinegara bin pangeran Benawa I Raden Hadiningrat bin Jaka Tingkir atau sultan Hadiwijaya bin Ki Ageng Pengging bin Ratu Pambayun binti prabu Brawijaya V Raja Majapahit terakhir. Ratu pambayun adalah saudara permpuan terakhir Raden Patah. Istri Jaka Tingkir adalah putri sultan Trenggono bin Raden Patah Demak.

Menurut sumber lain KH. Syekh Ahmad Mutamakkin masih memiliki garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW. silsilah KH. Ahmad Mutamakkin menunjukkan pertemuannya dengan Nabi melalalui garis ayah, KH. Syekh Ahmad Mutamakkin ibnu Sumahadi negara Ibnu Sunan Benawa Ibnu Abdurrahman Basyiyan Ibnu Sayyid Umar Ibnu Sayyid Muhammad Ibnu Sayyid Ahmad Ibnu Sayyid Abu Bakar Basyiyan Ibnu Sayyid Muhammad Asadullah Ibnu sayyid Husain At-Turaby Ibnu Sayyid Ali Ibnu Sayyid Al-Faqih al-Muqaddam Ibnu Sayyid Aly Ibnu Sayyid Muhammad Shahib Al-Murbath Ibnu Sayyid Ali Khali Qasyim Ibnu Sayyid Alwy Ibnu Sayyid Muhammad Ibnu Sayyid Alwy Ibnu Imam Ubaidillah Ibnu Imam Ahmad Al-Muhajir ila Allah Ibnu Imam Isa an-Naqib Ibnu Imam Muhammad an-Naqib bin Imam Alwy al-Uraidhi Ibnu Imam Jakfar al- adiq Ibnu Imam Muhammad al-Baqir Ibnu Imam Ali zainal Abidin Ibnu Sayyidina Husayain Ibnu Fatimah Azzahra binti Sayyidina Muhammad SAW.

Perjalanan dakwah 

konon Syekh Ahmad Mutamakkin pergi melaksanakan ibadah haji ke Mekkah diantarkan oleh bangsa jin yang menjadi muridnya. Saat akan kembali ke tanah Jawa, Syekh Ahmad Mutamakkin dipindahkan di atas tubuh ikan Mladang oleh muridnya. Syekh Ahmad Mutamakkin dibawa menyeberangi lautan oleh ikan Mladang dengan tidak sadarkan diri hingga terdampar di sebuah pantai di Kecamatan Margoyoso, Pati. Yang kemudian ia memberi nama desa ini sebagai desa Cebolek berasal dari kata "jebul-jebul melek" (tiba-tiba sadar). Di desa tersebut Syekh Ahmad Mutamakkin mulai melanjutkan dakwahnya menyebarkan agama Islam. Syekh Ahmad Mutamakkin 

menghabiskan masa mudanya di Tuban dan melakukan pengembaraan ilmu di Timur Tengah, ia meneruskan gerakan dakwahnya ke wilayah barat dari Tuban hingga desa Kalipang yang berada di kecamatan Sarang, Rembang. Di sini, Syekh Ahmad Mutamakkin sempat tinggal dan membangun sebuah masjid. Kemudian Syekh Ahmad Mutamakkin meneruskan perjalanannya hingga sampailah ia di kecamatan Margoyoso Pati. Dari keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa di masa lalu Syekh Ahmad Mutamakkin diperkirakan sering melakukan perjalanan dari Tuban ke Banten. Setelah sampai di Banten, ia bertemu dengan Syekh Yusuf Al-Maqassari pada tahun 1600-an. Syekh Ahmad Mutamakkin kemudian melakukan pengembaraan ilmu ke Timur Tengah berguru pada tokoh tasawuf dan ulama di sana. Sepulang dari pengembaraan ilmunya karena kapal yang ditumpanginya dirompak oleh bajak laut dari Jepara ia tidak langsung pulang ke Tuban melainkan ke pesisir pantai wilayah Juana. Selanjutnya, ia menetap di pesisir timur Pati dan daerah tersebut diberi nama Cebolek merupakan nama yang sama dengan tempat kelahiranya di tuban

Ajaran dan Pemikiran

-Dalam bidang akhlaq dan tasawuf, Syekh Mutamakkin mengutip hadis yang menceritakan sosok perempuan yang dilihat Nabi ketika peristiwa Isra' Mi'raj. Hadis tersebut, menurut Syekh Mutamakkin, berkaitan dengan pentingnya menjaga hubungan baik antara sesama dengan cara menampilkan akhlak yang terpuji. Perhatian secara teologis terhadap perilaku (akhlaq) manusia serta tanggung jawab didasarkan kepada kewajibannya untuk mencapai Ridho Allah hingga pada akhirnya sampai pada tahap ru'yatullah.


-Sementara dalam bidang tasawuf, ia mengungkapkan beberapa tarekat yang melibatkan dirinya seperti Qadariyyah, Naqsabandiyah, Sattariyah, Khalwatiyah, serta beberapa tarekat lainnya. Sampai pada titik ini, dapat disimpulkan bahwa Mbah Mutamakkin memiliki karakteristik tasawuf sunni. Ditambah lagi ia mengutip beberapa tokoh tasawuf berakiran sunni seperti al-Ghozali dan al-Asy'ari. Walaupun di dalam beberapa kesempatan beliau juga mengutip pemikiran Ibn 'Arabi sehingga menjadikannya bercorak tasawuf falsafi.


-Pemikiran Syekh Ahmad Mutamakkin dalam Bidang Fiqih Syekh Ahmad Mutamakkin tidak membahas syari'ah (fiqh) secara rinci dalam teks Arsy Al-Muwahhidin, berbeda dengan pembahasannya tentang aqidah. Dalam teks tersebut, hanya terdapat keterangan mengenai wudhu, mandi, dan shalat. Dua penjelasan awal berfokus pada aspek kesucian yang bersifat dzahir (fisik). Meskipun tidak menyebutkan referensi dari mana kutipan itu berasal, mazhab Syafi'i tampak lebih dominan dalam tulisan-tulisannya. Pembersihan fisik ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diketahui masyarakat umum dalam fiqhiyah yang ada. 

-Pemikiran Syekh Ahmad Mutamakkin dalam Bidang Pendidikan Upaya Syekh Ahmad Mutamakkin dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat sebagai kegiatan pembelajaran sosial pada abad ke-18 merupakan bentuk baru dalam hubungan antara Islam dan kekuatan politik. Syekh Ahmad Mutamakkin adalah orang pertama yang menggunakan metode kontekstual budaya, mengingat latar sosial-politik dan budaya pada saat itu. Pada masa tersebut, masyarakat dihadapkan pada dua pilihan: pro atau kontra terhadap kekuasaan. Dalam hal ini, Syekh Ahmad Mutamakkin menawarkan pendekatan alternatif dengan mendirikan lembaga sendiri di luar pemerintah, agar tidak terjebak dalam posisi pro atau kontra terhadap kekuasaan. Ia tidak melawan maupun mendukung penguasa, melainkan berada di antara kedua sikap tersebut. Syekh Ahmad Mutamakkin memberikan contoh bagaimana seharusnya sikap seorang penguasa dalam bertindak, serta membiarkan para ulama menggunakan alternatif kultural di hadapan penguasa.

Kesimpulan 

Ilmu tasawuf merupakan sebuah jalan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT, namun KH. Ahmad Mutamakkin memaknainya lebih dari sekedar itu. Bertasawuf tidak hanya sebatas hubungan vertikal yaitu antara manusia dengan Tuhan, KH. Ahmad Mutamakkin menyelaraskan seiring berjalan dengan tatanan hidup sosial masyarakat yang merupakan bentuk dari hubungan horizontal. Ajaran tasawuf yang ditawarkan KH. Ahmad Mutamakkin merupakan tasawuf yang menjaga keharmonisan antara; budaya, politik, sosial dan ketuhanan.

Karakteristik Tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin merupakan tasawuf neosufisme, dengan tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin berusaha untuk mendamaikan antara budaya Jawa dengan ajaran tasawuf. Tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin tidak pernah menggunakan istilah Hullul dalam tasawufnya, paham tasawuf yang dianut oleh KH. Ahmad Mutamakkin merupakan trasendentalis mistik yaitu paham mistik yang mempertahankan adanya perbedaann yang esensial antara manusia sebagai makhluk dan Tuhan sebagai Khalik, berbeda dengan ajaran mistik Manuggaling kawula Gusti. Tasawuf yang dibangun oleh KH. Ahmad Mutamakkin merupakan tasawuf yang lebih mengutamakan sisi amaliah lebih berperan aktif dalam masyarakat, politik dan budaya. Tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin memberikan nuansa berbeda, lebih terkesan fleksibel dan mudah diterima Secara umum karena tetap berpedoman pada ajaran syariat. Dalam menjalankan syariahnya Syekh Ahmad Mutamakkin bermazhab Syafi 'iyah. Syekh Ahmad Mutamakkin menempatkan suatu gerakan kultural keagamaan berdasarkan rahmatan lil'alamin, yang mencakup persamaan martabat, keadilan dan menjunjung tinggi nilai ilahiah dan nilai kemanusiaan. Dengan berusaha untuk tidak merusak kebudayaan lokal, namun menyelaraskan dengan diberdayakan dan direkonstruksi melalui cara memasukkan nilai-nilai keislaman.

Pokok tujuan dari ajaran tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin

Merupakan tasawuf yang mengukuhkan tauhid (keesaan Allah), dan senantiasa untuk berdzikir kepada Allah. KH. Ahmad Mutamakkin tetap menyeimbangakan tanzih dan tasybih yaitu tetap meletakkan eksistensi manusia tetap tidak seperti dzat Allah. Tasawuf KH. Ahmad Mutamakkin menitikberatkan pada perjalanan lahir dan batin dalam tujuan untuk mencapai membentuk kepribadian yang terpuji (mahmdah) dan kondisi psikis yang seimbang dan sifat mulia (akhlak al-karimah), selanjutnya, menemukan identitas diri yang hakiki; dan, mencapai kedekatan (taqarrub) dengan yang ilahi serta mendapatkan pengetahuan yang tinggi dan hakiki (ma'rifah). Mengenai hakikat ma'rifatullah (mengetahui Allah) KH. Ahmad Mutamakkin memberikan penjelasan bahwa ma 'rifatullah adalah meniadakan seluruh penghalang ketika syuhudi al-haqqullah (menyaksikan Allah). Seseorang yang telah mengetahui Allah, dengan segala keyakinan pasrah dan tunduk kepadaNya baik itu dalam aspek transendentalnya (tanzih) maupun

Referensi :

1) https://repository.iainkudus.ac.id/8205/7/07%20BAB%20IV.pdf

2) https://digilib.uin-suka.ac.id/19758/1/11510069_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

3) https://jlka.kemenag.go.id/index.php/lektur/article/download/52/168

/252

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun