Beberapa hari setelah melihat daftar nama, aku menerima notifikasi bahwa laki-laki itu baru saja mengikuti Instagram-ku. Perasaanku campur aduk---senang, deg-degan, dan penuh rasa ingin tahu.
Sebenarnya, aku ingin sekali mengirim pesan terlebih dahulu, tapi rasa malu membuatku ragu. Setelah menunggu cukup lama tanpa ada chat darinya, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim pesan terlebih dahulu, 'Assalamualaikum, Dam. Lu yang mana, Dam?'Â tanyaku dengan hati-hati, mencoba memulai percakapan.
Tak lama kemudian, lelaki itu membalas pesanku dengan, 'Waalaikumsalam, yang mana apanya?' Dari situ, percakapan kami terus berlanjut, dan hari demi hari, kedekatan kami semakin erat. Namun, seiring berjalannya waktu, kami harus menghadapi kenyataan bahwa perjalanan ini hampir berakhir. Kami lulus dari SMK dan melanjutkan studi ke universitas yang berbeda; lelaki itu memilih untuk berkuliah di Telkom University, sementara aku melanjutkan pendidikan di Universitas Komputer Indonesia.
Semua perjalanan itu tidak semulus yang terukir dalam cerita ini. Kami telah melewati berbagai rasa---pahit, asam, dan manis. Namun, hubungan yang indah bukanlah hubungan yang bebas dari pertengkaran, melainkan hubungan yang selalu siap untuk saling memaafkan.Â
 "Kini, setelah tiga tahun bersama, kami sudah menapaki semester lima. Doaku selalu berharap agar cinta ini terus bersemi, berkembang, dan melangkah bersama hingga ke tahap selanjutnya di masa mendatang. Laki-laki hebat itu bernama Mikdam Huda, sosok yang sangat aku perjuangkan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H