Mohon tunggu...
wafiq amelia putri
wafiq amelia putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya fotografi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tugas IV Bahasa Indonesia

13 Oktober 2022   22:59 Diperbarui: 13 Oktober 2022   23:02 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Asa

Namaku Rian, aku hanyalah seorang anak petani, aku anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak ku yang pertama bernama Salim dan kakak ku yang kedua bernama Sarah. Aku bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah. Kak Salim sudah menikah dan tinggal bersama istrinya, sedangkan kak Sarah SMP kelas 3, aku saat itu baru menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat sekolah dasar aku ingin sekali menjadi arsitek, saat itu aku berfikir bagaimana bisa aku menjadi seorang arsitek yang mengharuskan melanjutkan jenjang pendidikan yang tinggi, sedangkan untuk makan saja susah, tetapi aku tidak putus asa aku harus selalu belajar agar mendapatkan beasiswa dan tidak menyusahkan kedua orang tuaku.

Pagi yang cerah aku pun berangkat ke sekolah bersama kak Sarah, perjalanan yang begitu jauh pun kita lewati dengan rasa semangat yang membara.

Kak Salim            : "Gimana dek, kamu capek nggak ?" ujarnya, dengan wajah tersenyum

Aku                      : "Ya gimana ya mbak memang harus seperti ini, tidak mungkin kalau kita minta sepeda ke bapak ibuk."            

Kak Salim            : "Ayo semangat !!! "

Dan tidak lama kemudian kita sampai di sekolah, pelajaran pertama sampai terakhir pun akhirnya sudah selesai. Dan sesampainya dirumah aku langsung mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh bapak dan ibu guru di sekolah. Bagaimana pun aku harus tetap mengingat impian ku untuk menjadi arsitek agar bisa membanggakan keluargaku.

Tahun demi tahun pun berlalu, kak Sarah lulus dari SMP dan SMA kemudian dilanjut aku. Kak Sarah memutuskan untuk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi karena memang tidak ada biaya yang mencukupi. Dengan semua niat dan tekad ku dalam belajar akhirnya aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan perguruan tinggi di daerah Yogyakarta. Siang hari aku berbicara kepada kedua orang tuaku mengenai beasiswa perguruan tinggi.

Aku        : "Mak, ini aku ada beasiswa untuk lanjut kuliah mamak sama bapak ngebolehin aku gak ?"

Mamak : "Kamu yakin nang ? ibuk sama bapak hanya seorang buruh tani dan kamu pengen kuliah." Ujarnya, dengan sebutan kesanyangan nang, dalam jawa itu biasa sebutan anak laki-laki.

Bapak   : "Iya nang, apa mending gak usah kamu ambil aja ?"

Aku       : "Bapak sama mamak gak usah mikirin jajan Rian pak, insyaallah aku bisa mandiri." Ujarku, dengan semangat untuk tekad yang kuat.

Mamak : "Jika rian yakin mamak dan bapak menyerahkan semua sama kamu nang."

Aku       : "Terima kasih mamak dan bapak, aku akan selalu belajar agar aku bisa mewujudkan cita-cita ku untuk menjadi arsitek."

Dan akhirnya aku pun melanjutkan kuliah dengan niat dan tekad yang kuat, serta doa dari orang tua dan keluarga yang selalu ada. Saat aku kuliah aku juga bekerja sampingan yang bisa membiayai hidupku. 4 tahun berlalu dan akhirnya aku wisuda dengan predikat cumlaude. Tidak sampai situ saja perjuanganku, aku juga mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan cita-citaku. Berkat doa dari orang tua dan semangat yang tinggi aku bisa sampa di detik ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun