Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang mencari cara untuk melepaskan diri dari tekanan sejenak. Trend vape atau rokok elektrik seolah menjadi salah satu kebiasaan yang mulai menjamur di Indonesia, terutama di kalangan anak muda.
Bagaimana tidak? Vape menawarkan berbagai pilihan rasa yang bervariasi dengan tampilan yang lebih modern dan trendi. Sensasi menghirup asap yang berasal dari cairan beraroma ini memberikan kenikmatan tersendiri bagi para penggunanya.
Ridwan Siregar adalah seorang dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi di sebuah universitas ternama di Indonesia yang memiliki kebiasaan merokok yang sudah berlangsung selama lebih dari 5 tahun.
Namun, sebulan yang lalu, ia memutuskan untuk mengambil langkah besar dengan menghentikan kebiasaan merokok konvensionalnya dan beralih ke penggunaan HEETS, sebuah jenis produk tembakau yang dipanaskan.Â
Dengan bertambahnya usia dan tanggung jawab sebagai pendidik, ia mulai merasakan dampak negatif kesehatan dari merokok, termasuk batuk kronis dan penurunan stamina fisik.
"Orang nyoba ngevape itu kan biasanya karena ingin dilihat trendy, gaul, ngikutin zaman gitu kan, biasanya juga yang pake vape tuh orang - orang yang baru mau nyoba ngerokok" ujar Ridwan sebagai salah satu pengguna HEETS.Â
Lalu, apakah perbedaan siginifakan antara rokok dan vape?
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari narasumber, yang membedakan antara rokok dan vape terletak pada asap yang dihasilkan. "Asapnya kan ngebul banget tuh kalo vape, kalo rokok mah kan ga terlalu ya, udah gitu vape kan ada rasa -rasanya gitu, unik". Ujar Ridwan.
Vape adalah rokok elektrik cair yang tidak menggunakan tembakau tetapi menggunakan cairan yang terdiri dari nikotin, gliserin, senyawa karbon, senyawa organik yang mudah menguap (VOC), dan perasa.Â
Komponen utama dalam cairan vape adalah PG (Propylene Glycol) dan VG (Vegetable Glycerin) yang berfungsi sebagai bahan dasar pencampur nikotin dan perasa.
Meskipun asap yang dihasilkan vape cenderung lebih banyak, tak jarang sebagian orang beranggapan bahwa vape lebih aman dibandingkan rokok. Benarkah demikian?
"kalo dibilang vape lebih aman dari rokok biasa sih saya rasa engga ya, sama aja bahaya" ujar Ridwan. Sebagai seorang dosen, ia sangat sadar akan "bahaya tersembunyi" dari apa yang sering dianggap sebagai alternatif yang lebih aman.
Vape, misalnya, dianggap lebih aman dari rokok konvensional oleh banyak pengguna, tetapi telah terbukti memiliki risiko kesehatan tersendiri, termasuk kasus penyakit paru-paru yang terkait dengan bahan-bahan tertentu dalam cairan vape.
Jika dilihat secara general, kandungan pada rokok memang terlihat lebih berbahaya karena mengandung tar, karbon monoksida, hidrogen sianida, dan senyawa berbahaya lainnya selain nikotin.
Namun siapa sangka jika vape juga berbahaya bagi kesehatan jika digunakan dalam jangka waktu yang lama, pasalnya terdapat kandungan nikotin yang tinggi sehingga bersifat efek kecanduan yang apabila berhenti akan berpotensi mengalami depresi dan emosi tidak stabil.
Dilansir dari alodokter.com bahwa orang yang kecanduan vape dengan dalih untuk berhenti merokok berpeluang mengalami kesulitan untuk menghentikan ke duanya sehingga yang lebih parahnya lagi pecandu akhirnya menggunakan ke dua jenis rokok tersebut.
Pada tahun 2009 FDA melakukan penelitian terhadap kandungan liquid rokok elektronik dan menyatakan bahwa rokok elektronik mengandung Tobacco Spesific Nitrosamin (TSNA) yang bersifat toksik dan Diethylene Glycol (DEG) yang dikenal sebagai karsinogen.
Hal tersebut membuat FDA mengeluarkan peringatan kepada masyarakat tentang bahaya toksik dan karsinogen yang terkandung dalam rokok elektronik dan membuat WHO juga tidak merekomendasikan penggunaannya sebagai Nicotine Replacement Therapy (NRT).
Karena beberapa studi menemukan kandungan zat liquid yang dapat menjadi racun dan karsinogen sehingga tidak memenuhi unsur keamanan.
Dipandang sebagai alternatif yang 'lebih aman' daripada rokok konvensional. Namun, di balik citra yang lebih aman, ada bahaya tersembunyi yang mengancam masa depan generasi muda. Asapnya yang menyenangkan ada bahaya yang mengintai, menunggu waktu untuk meledak dengan kekuatan yang mematikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H