Mohon tunggu...
Izzul Wafa
Izzul Wafa Mohon Tunggu... Pelajar -

Prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta 2015

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hati-hati dengan Pengamen dalam Bus

9 Januari 2016   02:30 Diperbarui: 9 Januari 2016   02:30 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum Wr. Wb

Salam Kompasianer !! Saya disini tidak menyuruh anda untuk bersu’udzon atau berprasangka buruk terhadap pengamen, pedagang asongan ataupun orang-orang disekitar anda didalam bus, saya hanya menyarankan anda untuk waspada karena ini yang saya alami sendiri, saya tidak sempat memotret atau merekamnya karena memang hp saya sendiri yang hampir raib berpindah tangan.

Kejadian ini baru saya alami beberapa hari yang lalu yakni ketika saya balik kekampus dari kampung halaman menuju Jogja, tepatnya hari Minggu 3 Januari lalu. Ketika itu saya sedang menumpangi bus arah Semarang-Jogja, namun penumpangnya begitu sepi, yakni hanya ada saya yang duduk di bagian paling belakang, bapak-bapak tua disamping saya yang ternyata tengah mudik dari Tegal menuju kampung halamannya, Jogja, dan beberapa orang ibu-ibu dan anak-anak yang duduk dikursi terdepan.

Hingga sesampai di Ungaran, setelah bus ngetem masuklah dua orang pengamen bertubuh kekar, lengan bertato, kaos ketat, serta topi hitam dikepalanya yang digunakannya untuk wadah uang. Lalu mulailah mereka memainkan gitarnya, awalnya saya sama sekali tidak curiga dengan niat mereka, namun namanya juga manusia pasti ada yang baik dan “kurang baik”. Setelah mereka selesai dengan lagunya mulailah kawannya meminta uang kepada para penumpang. Dari bangku paing belakang saya melihatnya melepas topinya dan menengadahkannya kepada ibu-ibu didepan, lalu dengan langkah cepatnya dia menuju ke bangku paling belakang tempat saya dan bapak-bapak tua tadi duduk. Karena bangku tengah kosong mereka langsung mendekatkan topinya kepada saya, tepatnya didepan saku baju saya tempatku menyimpan hp, ternyata modusnya adalah mendekatkan topi ke saku korban dan jari-jarinya yang tertutup topi mulai menjelajah saku korban. Untunglah ketika itu saya mulai merogoh uang recehan saya untuk saya berikan kepada mereka, uang receh saya itu saya taruh satu saku dengan hp saya sehingga ketika saya merogoh uang, saya merasakan hp saya mulai bergerak-gerak dan terangkat, lalu saya tarik kembali dan secepat kilat si pengamen tadi menarik tangannya dari saku baju saya. Uang receh yang mau saya ambil saya masukkan kembali.

Lalu kami saling memandang mata dengan sinis. Gagal mencopetku, saya lalu memperhatikan gerak-geriknya yang mulai menuju bapaka tua disampingku, benarlah dia menggunakan modus yang sama, saya memperhatikan ketika jari-jarinya bermain-main di saku celana bapaknya. Sebenarnya sudah ada niat dariku untuk berteriak “copeet copeet” namun keadaan bus sepi, saya sendiri memikirkan keselamatan saya. Sang kondektur dan sopir tengah keluar beristirahat, sementara saya berpikir bila saya berteriak justru saya yang akan celaka. Andai kondisi bus ramai dan banyak laki-lakinya 100% saya sudah berteriak.

Kemudian mereka turun, si bapak tua tadi mulai menyadari bahwa uang 50.000 disakunya raib, lalu saya mengatakan mungkin pengamen tadi yang mengambilnya. Lalu ketika bapak tadi bertanya pada saya “kamu melihatnya??” tentu saya jawab tidak, karena kalau saya jawab iya justru bapak-bapak tersebut yang akan balik memarahi saya, kenapa saya tidak memberitahunya. Baiklah cukup sekian, hati-hati dengan barang bawaan anda kemanapun anda pergi.. wassalamualaiku

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun