Mohon tunggu...
Awaludin Mahmud
Awaludin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - sederhana, tenang, vissioner

Dinamis, Egaliter, Lidership Bergerak dan melangkah bersama untuk merubah sesuatu yang terabaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Substansi Relasi Ibadah dan Sosial

16 Juni 2024   20:31 Diperbarui: 16 Juni 2024   20:40 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ramadan.kompasiana.com/

Dalam Agama apapun semuanya memerintahkan kepada pengikutnya untuk selalu beribadah, beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa, Konsep serta Regulasi Ibadah tersebut Merupakan Suatu System baku dalam format tujuan Manusia di ciptakan. Konsep Regulasi Perintah Ibadah jika kita melihat dalam Perspektif Agama Islam bahwasanya Ibadah Merupakan hal yang Perlu diprioritaskan Hamba dalam Merealisasikan Segala bentuk Aktifitas Hamba Dengan Satu Tujuan dan Orientasi serta Tendensi Agar diberikan Pahala Oleh Sang Pencipta.

Dalam Perjalanan Islam, Agama Islam Sangat Memperhatikan Yang Namanya Ibadah, Penciptaan Makhluk di Dunia ini hanya Satu Visi Yaitu Beribadah Kepada Sang Pencipta (Baca; Allah Subhanahu Wataala) Sehingga Agama Islam Memandang Bahwa Ibadah Merupakan hal yang Sangat Substantive Yang Perlu Diprioritaskan Hamba Dalam Segala Aspek Sosialnya. Jika hal tersebut Kita Kembali Kepada Pedoman Baku Umat Islam Berupa Al-Quran niscahaya kita akan menemukan regulasi tujuan diciptakanya Manusia  hanya Satu Visi yaitu untuk Beribadah. Mari kita Perhatikan terjemahan Ayat di bawah ini Firman Allah Subhanahu Wata'ala :

Artinya : Dan tidaklah Tuhan menciptakan Jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Nya.(Q.s Adzaariyat:56)

Ayat di atas Merupakan terjemahan dari esensi Kehidupan Manusia di Bumi ini, Esensi untuk Selalu Melakukan Pemurnian Hanya Kepada Allah Subhanahu Wataala dalam segala bentuk apapun yang di lakukan Oleh Manusia dengan penuh Pemurnian (Baca; Ikhlas) serta Kontinuitas dalam Bingkai Ibadah Kepada Allah Subhanahu Wataala.

Belum Melangkah lebih jauh lagi berbicara tentang Ibadah, tidak tepat rasanya tanpa memahami defenisi Ibadah tersebut, Ibadah dalam Pandangan Ulama-ulama klasik Mereka Mendefenisikan Ibadah Merupakan seluruh perkara yang di cintai Allaha dan di ridhoi-Nya dari Perkataan, Perbuatan yang Realistis maupun yang Abstraks.

Fenomena Ibadah Merupakan Fenomena Social. Dalam Kehidupan Social Masyarakat secara Kolektif maupun Individu secara Personal tidak terlepas Kegiatan Social yang jika di Orientasikan Kepada Allah Subhanahu Wata'ala maka Ibadah dan Pahala akan diterimanya. Begitupun Sebaliknya jika Melakukan Keburukan dalam Ruang lingkup Makro Sosial Niscahaya Dosa dan Kebencian yang akan diterimanya, Oleh Sebab itu Relasi Ibadah dalam Ranah Social Merupakan Relasi Dualisme yang Tidak bisa dipisahkan.

Jika Berbicara Mengenai Social, Alangakah Indahnya Memperhatikan dan Merefleksi Kembali Kepada Sosok dan Figur Seorang Rosul yaitu Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam, Beliau Merupakan Figure Religious yang Sosialis dan Sosialis yang Religious, Dalam Perjalanan Sejarah Islam Menyebutkan Bagaiman Sifat Social Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam Kepada Para Sahabatnya, Keluarganya bahkan Kepada Kaum Musyrikin Sekalipun Beliau Melakukanya dengan Penuh Lemah lembut.

Masih Ingat Sekali di benak Kaum Muslimin Kisah Seorang Badui yang Kencing di dalam Masjid, Pada Waktu itu di dalam Masjid Tersebut ada begitu banyak Sahabat dan Nabipun ada di dalam Masjid Tersebut, Secara Spontanitas Para Sahabat yang Menyaksikan Prilaku Badui Tersebut Merekapun lalu Geram dan Marah sekali Sehingga Sampai-sampai Sahabat Umar bin Khatab ingin mengusir dan memukul orang tersebut, Namun Melihat Fenomena tersebut Nabi lalu melarang para Sahabatnya untuk tidak berlaku kasar kepada orang Badui tersebut, biarkan dia selesaikan kencingnya dan jangan kalian lakukan perbuatan kasar kepadanya, ucap Nabi dengan lemah lembut. Mendengar Perintah Nabi tersebut para Sahabatpun tercengang dan bingung bertanya-tanya mengapa Nabi membiarkan orang tersebut kencing di Masjid.

Sekelumit kisah diatas sangat begitu indah jika kita perhatikan figure seorang nabi berinteraksi social dengan orang lain, lemah lembut beliau dalam menganalisis dan menyelesaikan masalah begitu arif nan bijak, begitu mulianya akhlak dan etika social yang diajarkanya, jika nabi membiarkan para sahabatnya mengusir orang badui yang sedang kencing tadi maka air kencing tersebut akan menajisi seluruh isi masjid, itulah benang merah pesan moral yang dapat kita tarik dari uraian kisah diatas, prilaku beliau merupakan prilaku wahyu yang Allah Subhanahu Wata'la ajarkan langsung kepadanya, sehingga misi yang dibawa oleh beliau merupakan misi memperbaiki moralitas ummat.

Sesungguhnya aku di utus di muka bumi ini untuk membawa misi memperbaiki moral yang bijak. (HR. Ahmad)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun