Mohon tunggu...
Awaludin Mahmud
Awaludin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - sederhana, tenang, vissioner

Dinamis, Egaliter, Lidership Bergerak dan melangkah bersama untuk merubah sesuatu yang terabaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Substansi Relasi Ibadah dan Sosial

16 Juni 2024   20:31 Diperbarui: 16 Juni 2024   20:40 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ramadan.kompasiana.com/

Namun yang menjadi sebuah pertanyaan dan pe'er besar buat kita adalah apakah hal yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam dalam mengkempanyekan ibadah sosial sudah kita laksanakan dengan substantive ibadah dalam dinamika kehidupan social kita? Ataukah mungkin telah kita tanamkan di dalam diri dan jiwa kita dalam merealisasikan misi nabi kita dalam memperbaiki moralitas ummat? Jawabanya terdapat pada aplikatif sosiyeti kita dalam masyarakat social.

Banyak yang merasa tindakan beragamanya telah mutlaq kebenaranya, tindakan ibadah berawal dari sholat sampai ke haji ketika dilakukanya maka pelakunya tersebut sepertinya telah mendapatkan predikat mukmin dan lebih dari itu yaitu taqwa, kegiatan-kegiatan ibadah yang di lakukanya merupakan salah satu factor keberhasilanya sebagai hamba Tuhan dan tidak sedikit dari masyarakat kita yang beribadah secara regulative Tuhan namun ironisnya mereka lupa dengan ibadah social, mereka seolah-olah menganggap madzhab yang di ikutinya dalam beribadah merupakan madzhab yang paling benar, paling sempurna, paling berpahala sehingga dengan seenaknya menganggap orang di luar mereka adalah salah, saling hujat, saling tahdzir, bahkan saling menyesatkan dalam kehidupan social masyarakat, barometer keimanan yang mereka yakini hanyalah ritualitas kepada Tuhan dan lupa dengan ritualitas social yaitu dengan menunjukan cara bersikap dengan moral yang arif dan bijak ketika menghakimi dan menghukumi, mari lihat sabda Nabi di bawah ini yang menjelaskan barometer keimanan seorang muslim.

Artinya: "Muslim yang paling sempurna imanya adalah muslim yang baik akhlaknya"

Hadist di atas dapat membuka mata hati dan batin kita di dalam memahami konsep keimanan dan barometernya di dalam mencapai sebuah pemurnian keimanan yang memiliki derajat nilai, yaitu dengan memperbaiki dan merenovasi kembali moral kita, masyarakat social yang berada dilingkungan tempat tinggal kita yang kemudian harapanya adalah supaya keimanan yang kita lakukan dengan cara selalu berakhlak social yang baik kepada sesama masyarakat menjadi keimanan yang diridhoi dan diberkahi.

Wallahu A'lam

Penulis: Awaludin Mahmud

Guru MAKN Ende

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun