Mohon tunggu...
Wadiyah Nur
Wadiyah Nur Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Wadiyah Nur Pardede. Seorang mahasiswi jurusan pendidikan bahasa arab. Memiliki ketertarikan di bidang kepenulisan. Sangat berharap bisa menjadi penulis yang menginsipirasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mereka Butuh Pujian, Bukan Hanya Tuntutan

18 Mei 2023   10:30 Diperbarui: 18 Mei 2023   11:05 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika disuruh memberikan tips bagaimana mengatasi siswa yang susah diatur di kelas, mendadak saya bingung memaparkannya, bahkan untuk satu tips saja. Karena saya sendiri sebagai guru madrasah diniyah sering merasa tidak berdaya menghadapi murid yang sulit sekali untuk diatur. Lalu tiba-tiba pikiran saya dibawa ke satu kisah tentang murid yang terbilang dekat namun sedikit nakal menurut saya. Nakal dalam artian tidak mau belajar dan sibuk bermain sana-sini ketika waktu belajar.

Di madrasah tempat saya mengajar, baru-baru ini dibuat suatu program unggulan yang diharapkan mampu memberikan banyak sekali kebaikan untuk masa depan siswa yang diajar. Suatu program yang dirancang sebagai suatu trobosan baru untuk menaikkan mutu madrasah terkhusus. Program yang dimaksud adalah tahfizul quran.

Saya yang merupakan wali kelas 1-B- karena kelas 1 dibagi menjadi dua kelas- diamanahi membimbing hafalan siswa mulai dari surah an-nas sampai ad-duha. Saya memutar otak untuk hal ini. Bagaimana agar siswa yang saya ajar mau dan mampu menghafal surah-surah pendek tersebut.

Untuk memudahkan saya mengetahui surah-surah yang sudah siswa setor, saya membagikan kertas berisi nama-nama surah mulai dari surah an-nas sampai ad-duha kepada masing-masing siswa. Dengan catatan sayalah yang menceklis daftar surah yang telah selesai disetor, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan berupa kecurangan dari siswa yang mungkin saja menceklis surah yang belum dia hafal.

Saya memanggil satu persatu siswa untuk menyetor surah yang sudah dia hafal. Alhamdulillah semuanya sudah hafal minimal lima surah pendek,  meski terkadang saya ikut memberikan bisikan-bisikan mengenai beberapa kata yang mereka lupa.

Hingga saya sampai kepada seorang siswa yang saya sebut nakal tadi. Nakal seperti anak-anak pada umumnya. Yang masih memprioritaskan bermain dibandingkan belajar. Namun siapa sangka anak tersebut hafal banyak surah pendek, pun dengan bacaan salat yang anak lain bahkan belum menghafalnya. Saya salut dan bangga.

Saya semakin semangat membimbing anak ini untuk dapat meningkatkan hafalan. Semakin saya puji, ternyata dia semakin semangat. Maka saya mengambil kesimpulan bahwa siswa butuh dipuji. Mereka butuh diakui, bukan hanya dituntut harus bisa ini itu.

Sebagai guru, sudah seharusnya paham apa keinginan siswa. Tidak ada salahnya memberikan tepuk tangan untuk siswa yang sukses dalam menambah hafalan, meski hanya surah pendek. Tidak mengapa untuk memberikan senyuman tulus nan bangga kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan sederhana yang diberikan. Tidak akan merugi untuk memberikan hadiah sederhana kepada siswa yang dapat memenangkan kuis yang diberikan.

Terkadang guru sibuk mencecoki  siswa dengan materi, dan memaksa siswa untuk mengerti. Jika siswa tidak mengerti, maka guru memarahinya. Bukan begitu konsep mendidik yang benar. Guru harus bisa sabar dalam memberi materi. Sisipkan nasihat dan pujian. Jangan amarah dan cacian.

Saya pun masih mencoba menjadi guru yang baik. Yang bertingkah selayaknya guru. Dengan tidak kaburo maktan (perbuatan dan perkataannya berbeda atau tidak melaksanakan apa yang diucapkan.)

Lagi, siswa juga butuh pujian, bukan hanya tuntutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun