Ujian Proses Pembelajaran
Pendidikan pada jenjang dasar menengah dalam pembelajaran sering kali menghadapi ujian masalah. Apa ujianya? biasalah ujian guru menerapkan aktivitas pembelajaran yang menarik dan efektif. Contoh sebut saja guru mata pelajaran IPS. Di beberapa sekolah yang saya pernah ikut terlibat dalam Penelitian-Pengabdian, maaf saya tidak usah sebut nama sekolah.  Ketika saya mengamati langsung ke kelas, guru langsung main hantam saja he he he. Semangat menerangkan materi ke siswa tanpa ada basa basi icebreakinglah, ceritalah yang mengedukasi, dialoglah, pemantiklah mungkin atau apalah yang bisa nyenengin siswa  menarik perhatian mereka. Pantauan bidikan saya berikutnya ko ngajar dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir ceramah terus, maaf saya bukan menyalahkan si metode ceramah.  Kalau kita tidak gunakan ceramah  eee seperti bumbu tanpa garam. Sebaliknya kalau kelebihan garam makanannya terasa asin, nah mungkin cocok ambil yang tengah-tengah saja. Ceramah ya, melibatkan siswa juga ya artiya kita sebagai guru mesti ceramah karena itu bagian dari keterampilan kita dalam mengajar yaitu keterampilan menguasai menjelaskan atau penguasaan materi. Namun jangan dominan ceramah dari awal hingga akhir pembelajaran.  Siswa juga punya hak dong sebagai pebelajar. Hak apa saja? ya hak berpendapat, hak bertanya, hak ikut terlibat dalm kelompok, hak kerja sama, hak berekpresi, hak musayawarah. Pokoknya banyak dech hak2 dari siswa dalam kegiatan pembelajaran apalagi siswa punya bapak berbeda, ibu berbeda, saudara berbeda otomatis pikiran tindakan mereka berbeda pula. Ada siswa audiotori, visual, kinestetik. Tegakah kita dengan mereka yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda itu tanpa sedikit kita mau peduli dengan mereka? Silahkan kita merenung sejenak.
Guru dan Siswa adalah Pengamat Aktivitas Pembelajaran
Lanjut pengamatan saya dampaknya kali bagi siswa. Pada saat guru jelasin eee siswa malahan  main (maaf saling senggol, tarik baju, pegang pundak) dengan teman duduknya, kadang ribut juga, terus ditanya gurunya malahan tidak mau jawab, disuruh nanya malahan diam. Dari pengamatan itu, saya coba refleksi ada apa dengan semua itu?, kenapa ko siswa seperti itu tdak serius dalam belajar? ko siswa tidak diberdayakan? ko siswa perilakuanya seperti itu? mengapa guru juga mengajarnya dominasi dari awal hingga akhir? Setelah itu saya coba buat catatan oo ini terjadi karena mungkin guru kurang berikan kesempatan pada mereka, atau karena metode, media dan sumber pembelajaran yang belum bervariasi, atau karena diatur dengan pola satu arah saja. Akibatnya, siswa kesulitan memahami materi pelajaran, interaksi sosialnya kurang, tidak ada ada kemauan untuk memecahkan masalah, berpendapat, apalagi bertanya. Bahkan, banyak siswa yang tidak terlibat. Permasalahan-permasalahan tersebut mestinya guru dan siswa yang menurut kami sama-sama jadi pengamat artinya siswa sebagai pengamat aktvitas guru selaku fasilitator  mengajar, guru juga demikian selaku pengamat aktivitas siswa sehigga nantinya paham akan kelemahan dan kekuatan dari pembelajaran yang telah dilakukan.Yang penting ada rambunya. Apa itu? Rubrik untuk siswa dan rubrik untuk guru serta refleksi pembelajaran.
Kolaborasi Akademisi Dosen dan Guru
Nah saya berpikir selaku akademisi di Perguruan Tinggi Keguruan khususnya, oo setelah mengamati guru dalam aktivitas pembelajaran ternyata masih lagu lama yaa yang dominan gurunya, padahal saat ini udah pembelajaran teknologi. Pertanyaan-peranyaan itu muncul. Dari hasil merenung, muncullah  ide-ide ataupun inisiatif mendapatkan solusi. Yang akhirnya Alhamdulillah ketemu jalannya gimana ya  kalau kita ajak guru  dalam suatu kolaborasi proses  pembelajaran dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Saya dosen  sebagai guru pengajar, lalu guru sebagai pengamatanya. Apakah hanya siswa yang bisa dituntut kolaborasi?. OO tentunya tidak. Dosen dan guru juga bisa. Kenapa tidak?.Siap mencoba
Kolaborasi Dosen dan Guru  Sinergitas  yang Demokratis
Dari beberapa artikel yang pernah penulis baca, kunci sukses seseorang  dalam konteks pengajaran tidak hanya diukur dari caranya ngajar entah metodenya, media atau bahan ajar  yang digunakan. Namun yang tidak kalah penting adalah bagaimana dia bisa berkolaborasi. Tidak satupun orang sukses dalam segala hal tanpa kolaborasi alias kerja sama atau bersinergi sekecil apapaun itu silahkan saudara/saudari pembaca buktikan, adakah orang hidup di muka bumi  hidup tanpa kerja sama?moga kita sepakat. Nah jadi untuk mengatasi ujian masalah guru diperlukan inovasi yang melibatkan kerjasama antara dosen dan guru. Kolaborasi ini, yang dikenal dengan team teaching atau pengajaran tim, memungkinkan dosen dan guru untuk saling bekerja sama dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran yang lebih menarik dan efektif. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih dinamis dan meningkatkan kualitas pengajaran di kelas. Kami contohnya melakukan itu. Kami coba proses pembelajaran dengan mengawali dari pendalaman masalah (diskusi apa masalah guru dan siswa dalam pembelajaran) "Sstt" ingat jangan sorot masalah dari siswa saja, namun kita juga bidik masalah dari kita selaku pengajar. Caranya gimana? Ya bercermin dong, minta siswa kita menilai apa kelebihan dan kekurangan kita saat mengajar. Maka dapatlah kita identifiksi masalah yang berasal dari siswa dan guru. Kemudian kami coab  cari solusi  menentukan kompetensi, materi, metode atau model yang cocok, susun LKPD, susun evaluasi, dan lembar pengamatan. Tidak itu saja wujud kolaborasi kami adalah kami bagi peran yang demokratis, saya selaku dosen yang biasa mengahadapi mahasiswa, mencoba interaksi dengan siswa mengimplementasikan perencaanaan pembelajaran yang telah disusun bersama, sedang guru sebagai observer atau pengamatnya. Menurut kami sinergitas ini menarik untuk terus dipelihara dengan baik demi anak bangsa sebagai bagian dari demokrasi pendidikan.
Model PBL dan TSTS Terapi Pembelajaran Enjoy untuk Karakter
Enjoy dalam kamus bahasa Inggris diartikan menikmati, merasakan, kesenangan, kegembiraan, atau kenikmatan dari suatu kegiatan atau pengalaman. Nah dalam menerapkan model pembelajaran juga kita mesti ajak siswa pada aktivtias yang enjoy tidak hanya serius melulu mengarah pada  berpikir kritis-kreatif saja, namun selingi juga dengan yang enjoy. PBL dan TSTS sebagai Inovasi Pembelajaran  yang kami coba terapkan. PBL (Problem Based Learning) yang berfokus pada penyelesaian masalah nyata yang dihadapi siswa. Dengan PBL, siswa dilibatkan langsung dalam diskusi dan pemecahan masalah terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Dalam konteks ini, mereka tidak hanya belajar dari buku teks, tetapi juga dilatih untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi berbagai situasi. Untuk mendukung PBL, kami gunakan pula Model TSTS (Two Stay Two Stray) dari Kagan (1992) kami menyebutkan degan model silaturahmi alias bertamu. Dalam model ini, siswa dibagi dalam kelompok dan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah. Mereka kemudian bertukar informasi antar kelompok, yang mendorong mereka untuk bersosialisasi dan berbagi pengetahuan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kerja sama mereka, namun ada pula kolaborasi mereka, tanggung jawab mereka, keterampilan sosial mereka yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Enjoynya apa? dalam penerapannya kami ajak siswa selingi dengan  bersyair (bernyanyi Nasional-Daerah), Yel-yel (Aku suka belajar IPS, Aku cinta belajar IPS, IPS siapa yang punya 3x, yang punya kita semua. Salam Belajar IPS (Guru): sayangi, lakukan, manfaatkan. IPSS (Guru): Yes, yes, yes (siswa), Tepuk Tangan STPS alias (Tepuk Tangan Satu kali, Dua kali, Tiga kali, Panjang-Panjang, Stop). Sehingga diakhir pembelajaran kami cob refleksi, apa respon siswa? mereka menyatakan oo pembelajarannyanya menyenangkan, seruu, tidak ngantuk, dapat berbagi, keliling kelas lihat mading kelompok, dapat dan hadiah penguatan.