Mohon tunggu...
wadiatulsyawwali
wadiatulsyawwali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Amatir

Introvert yg suka membaca-menulis-menggambar-menyanyi-menciptakan lagu dan mencintaimu juga tentunya haha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menelisik Hadis Kopi: Fakta atau Spekulasi?

6 Desember 2024   07:21 Diperbarui: 6 Desember 2024   11:03 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto; Kopi Hitam (Sumber; Pinterest))

Dalam kata 'Qahwah' (kopi) : 'qaf' adalah quut (makanan),'ha' adalah hudaa (petunjuk), 'wawu' adalah wud (cinta), dan ha' adalah hiyam (pengusir kantuk).

Memang jelas sekali bahwa Ulama Sufi ketika menikmati kopi tiada lain adalah agar supaya bisa menolak rasa ngantuk jika akan beribadah dan menjadikan tubuh bersemangat untuk berdzikir kepada Allah SWT.

Dalam konteks tasawuf, kopi memang memiliki nilai tersendiri. Diceritakan oleh Sayyid Nahlawi Ibnu Sayyid Khalil, ada kisah khusus khusus ihwal kopi dan seorang sufi dari tanah Maghribi. Ia beroleh cerita dari gurunya, Syaikh Salim Samarah. Suatu waktu, sang sufi itu menanyakan langsung soal kopi kepada Nabi Muhammad. Perjumpaan itu dilakukan dalam kondisi sadar, dalam literatur tasawuf, para sufi disebut bukan saja bisa berjumpa Nabi dalam keadaan terjaga melainkan juga dalam keadaan tidur atau melalui mimpi.

"Wahai Rasulullah SAW, saya suka meminum kopi," kata Sufi tersebut. Tanpa banyak kata, Nabi Muhammad SAW langsung memerintahkan sang sufi untuk membaca doa "khusus" saat hendak menyeruput kopi.

اللهم اجعلها نورا لبصري وعافية لبدني وشفاء لقلبي ودواء لكل داء يا قوي يا متين ثم يتلو البسملة.

"Ya Allah, jadikanlah kopi yang saya teguk sebagai cahaya bagi penglihatanku, kesehatan bagi badanku, penawar hatiku, obat bagi segala penyakit, duhai zat yang Maha Kuat dan Maha Teguh ....Kemudian membaca bismillah."

Di dalam kitab Tadzir An-Nas dan Tazkirah Al-Nas halaman 177, dan halaman 117 disebutkan bahwa, Sayyid Ahmad bin Ali Bahr Al Qudaimi berjumpa dengan Nabi Muhammad dalam keadaan terjaga, ia berkata kepada Nabi . "Wahai Rasulullah, aku ingin mendengar hadits langsung darimu tanpa perantara orang lain." Nabi Muhammad kemudian bersabda :

“𝑺𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒃𝒂𝒖 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒊𝒏𝒊 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒕𝒆𝒓𝒄𝒊𝒖𝒎 𝒂𝒓𝒐𝒎𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊 𝒎𝒖𝒍𝒖𝒕 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒑𝒖𝒍𝒂 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒊𝒌𝒂𝒕 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒔𝒕𝒊𝒈𝒉𝒇𝒂𝒓 (𝒎𝒆𝒎𝒊𝒏𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒎𝒑𝒖𝒏) 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌𝒏𝒚𝒂.”

Dari hadis inilah beragam bentuk komentar dikemukakan. Banyak yang menilai bahwa hadis tersebut merupakan hadis palsu dan bagian dari Khurafat yang beredar di kalangan para sufi. Sebab hadits inilah yang di dapat oleh Ahmad Ali Bahr Al-Qudaimi. Lalu Benarkah adanya hadis ini? Atau hal ini hanya sebuah Spekulasi untuk semakin meyakinkan keistimewaan kopi?

Jika melihat hadis secara kontekstual, ini semua tidak benar sama sekali, berbicara tentang perkara ghaib itu memerlukan dalil dari wahyu bukan ucapan, cerita-cerita, hikayat-hikayat, apalagi hanya berupa mimpi-mimpi yang kita tidak ketahui kejelasannya secara ilmiyyah.

Disebutkan dalam salah satu fatwa:

القهوة لم تكن -قطعًا- على عهد النبي -صلى الله عليه وسلم-، وأنه ليس عنه ولا عن أحد من الصحابة ولا التابعين نص في مدحها أو ذمها؛ فما ذكر من أن الملائكة تستغفر لشاربها كلام باطل مقطوع ببطلانه ونكارته، وكذا ما يذكر من أن من يكره شربها ممسوس فهو من الأقوال المنكرة الباطلة، التي لا أصل لها، وكم من الفضلاء ممن يكرهون شرب القهوة، وكم منهم من يتعاطاها، والخلاصة: أنها من الشراب المباح الذي لا يمدح ولا يذم

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun