Mengucapkan selamat saat perayaan hari raya umat agama lain menjadi perdebatan, oleh karena itu, mungkin pak Menteri Agama memang berkeyakinan tidak boleh. Mohon dimaklumi untuk hal ini.
Sementara itu, beberapa orang menganggap hal tersebut melanggar toleransi beragama. Sehingga mungkin muncul pertanyaan, kalau begitu, kenapa jadi Menteri Agama RI? Tidak Menteri Agama Islam? Pertanyaan yang juga terlontar selama obrolan di Twitter*.
Berhubung ini masalah keyakinan, saya tidak berani menggugat Pak Menteri Agama. Pun, jika Menteri Agama RI non-muslim pun, tidak akan saya tuntut untuk harus mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri, misalnya.
Toleransi mungkin saya sendiri mendefinisikannya sebagai menghargai, bukan berarti mengikuti. Mohon maaf sekali jika pendapat ini sangat kasar di hati sebagian pembaca.
Jadi, kita perlu mengetahui batas-batas aturan agama yang dianut oleh orang lain, mendiskusikannya, mengobrolkannya agar bisa saling mengerti. Jika memang sudah saling menghormati, misalnya Muslim di dalam agamanya tidak diperkenankan mengucapkan selamat pada hari raya agama lain, tentu hal tersebut tidak menjadi masalah. Ini menurut saya, silakan ditanggapi jika ada kesalahan atau kekurangsetujuan.
Di kosan saya, yang kebetulan juga diisi oleh dua pemeluk agama, yaitu Muslim dan Nasrani, tidak pernah terjadi sikut kanan sikut kiri, hehe. Seringkali kami berdiskusi, walau kadang tidak langsung, tentang aturan agama masing-masing, dan itu seru-seru saja. Dan kehidupan kos kami tetap ramai, masak mie bersama sebagai anak kos.
Nah, terkait hal tersebut, agama berasal dari hati, menurut saya. Jika ada perayaan hari besar, mengapa menteri tidak ikut mengucapkan ke seluruh agama di NKRI? Mungkin jawaban saya adalah, keyakinan dan aturan dalam agama yang dianutlah yang menjadikannya. Tentunya perlu dimaklumi juga, tidak untuk diperdebatkan.
Atau mungkinkan kita butuh menteri untuk tiap-tiap agama? Salam kompasiana!
*: Di sana ada Pak @gm_gm, saudara @desyukron, dan Ibu @kristuti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H