Saat ini kemajuan teknologi telah mempermudah komunikasi antar individu/entitas, tetapi di sisi lain justru menimbulkan ekses negatif terkait rasa kecurigaan dan prasangka berlebihan, etika dan norma berinteraksi, mis-komunikasi serta egosentrisme. Di era gadged android yang mutakhir sekarang ini, setiap identitas aktivitas selalu diikat dalam grup komunikasi baik via Facebook, BBM, WhatsApp, maupun Telegram. Guru yang tergabung dalam grup-grup identitas siswa tersebut misalnya grup rombel/kelas maupun grup kegiatan ekstrakurikuler dan lain-lain dapat memanfaatkan fungsi dan perannya sebagai sahabat siswa yang memberi arahan dan paradigma positif sehingga siswa tidak terjebak pada debat kusir perbedaan pendapat yang ujung pangkalnya hanya saling menyalahkan atau sebaliknya play victimberkaitan dukungan terhadap kandidat calon kepala daerah tertentu.
Saatnya guru tidak alergi dengan dunia politik dan sosial media yang membingkainya sebagai wahana pendidikan yang merekatkan keragaman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi siswa. Saatnya pendidikan bela negara melalui penguatan jiwa nasionalisme serta upaya merajut kemajemukan menjadi salah satu fokus mainstreampendidikan karakter dengan memanfaaatkan momentum peristiwa politik yang sedang boomingakhir-akhir ini secara arif dan bijaksana. Saatnya menyambut era literasi sang pendidik anti hoaxyang peduli dan melekedukasi politik.
#antihoax #marimas #pgrijateng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H