Selain dikenal sebagai kota pelajar, Yogyakarta juga dikenal sebagai kota wisata. Pariwisata di DIY mulai memperlihatkan kemajuan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jogja juga diikuti dengan peningkatan pengadaan obyek wisata di setiap spot yang dapat menjadi potensi wisatawan. Tren kemajuan tingkat pariwisata ini berdampak baik pada tingkat pendapatan daerah Yogyakarta, khusunya para masyarakat sekitar yang memanfaatkan peluang tersebut untuk melakukan kegiatan perekonomian.
Tren peningkatan pariwisata ini merambah ke berbagai pihak seperti menjadi peluang bagi industri pariwisata seperti hotel/penginapan, rumah makan dan pusat oleh-oleh, penyedia suvenir, bahkan jasa transportasi seperti becak, ojek, dan bus kota. Ini artinya sektor pariwisata menyerap tenaga kerja cukup besar, yang mana dapat mengurangi tingkat pengangguran di Yogyakarta.
Pariwisata diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan perjalanan, di mana orang-orang keluar dari rumah mereka. Tidak ada aturan standar dalam hal ini untuk mendefinisikan pariwisata secara spesifik berdasarkan ruang dan waktu (Vanhove, 2005). Setiap wisatawan akan mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi, sehingga menjadi penghasilan untuk tempat yang mereka kunjungi. Pariwisata sendiri merupakan kegiatan ekonomi yang termasuk dalam kelompok jasa.
Sektor pariwisata digadang-gadang akan menjadi sumber pendapatan yang cukup besar bagi daerah dan menjadi peluang utama dalam peningkatan perekonomia masyarakat. Namun, disamping harapan tersebut, Maret 2020 Indonesia diserang suatu wabah atau bencana non-alam berupa pandemi Covid-19. Pandemi ini bersifat menular dari manusia satu ke manusia lain melalui percikan cairan dari batuk atau bersin (droplet).
Salah satu kebijakan negara dalam meminimalisir penularan wabah ini adalah menggencarkan ajuran kepada masyrakat untuk stay at home dan social distancing. Kebijakan ini tentu saja sangat bertentangan dengan prinsip dan cara kerja sektor pariwisata, yang mana mengharuskan seseorang untuk berkunjung ke obyek wisata di suatu daerah.
Dengan mempertimbangkan dampak pandemi yang cukup signifikan baik bagi keselamatan jiwa sekaligus perekonomian maka pada periode ke tiga masa tanggap darurat yaitu bulan Juli, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara bertahap melakukan upaya untuk mendorong pariwisata di daerahnya kembali tumbuh demi menekan dampak ekonomi yang berkepanjangan. Kegiatan ini dilakukan dengan menerapkan berbagai bentuk protokol kesehatan yang ketat di setipa obyek wisata dan juga melakukan sosialisasi kebiasaan baru atau new normal terkhusus kepada masyarakat yang berperan dalam sektor pariwisata tersebut.
Pariwisata DIY kembali dibuka secara bertahap dengan konsep new normal mulai awal Juli 2020 berdasarkan protokol yang sudah disiapkan sejak bulan Mei 2020. Protokol tersebut disusun dalam SOP yang dibahas bersama industri pariwisata yang selalu berkonsultasi dengan Gugus Tugas yang mengatur alur kunjungan wisatawan di tempat wisata. Kawasan wisata yang dibuka dan dikembangkan pada masa pandemi ini yaitu daya tarik wisata alam (natural resources) yang merupakan daya tarik berbasis pada keindahan dan keunikan yang telah tersedia di alam, seperti pantai, danau, pegunungan, dan wisata alam lainnya.
Salah satu obyek wisata di Kabupaten Sleman, Kecamatan Seyegan yang bisa menjadi salah satu pilihan sebagai destinasi atau tujuan wisata adalah Desa Wisata Minapadi "Murakabi" di Dusun Cibuk Kidul, Desa Margolwuih. Wisata pertanian ini cocok dijadikan salah satu tujuan wisata era new normal karena wisata ini bersifat wisata di alam terbuka. Wisata alam terbuka dapat meminimalisir penularan Covid-19, selain itu, anjuran untuk social distancing juga gampang untuk diterapkan.
Dusun Cibuk Kidul sendiri sudah menyadari akan bahaya Covid-19, kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan pun sudah dilakukan dengan baik. Potensi wisata dengan alam terbuka seperti wisata pertanian dengan sistem minapadi ini dapat menjadi salah satu sumber perbaikan ekonomi warga sekitar akibat pandemi.
Kegiatan pariwisata terbagi menjadi kegiatan pariwisata dengan resiko rendah dan kegiatan pariwisata yang beresiko tinggi dalam penularan Covid-19. Kegiatan pariwisata yang bisa dibuka terutama yang berhubungan dengan alam, wisata yang tidak menimbulkan kerumunan, wisata yang sifatnya lebih pada pendekatan terhadap ekosistem. Oleh karena itu daerah yang disiapkan mulai dari wisata alam pegunungan, hingga taman nasional. Wisata pertanian Minapadi "Murakabi" Cibuk Kidul menjadi salah satu obyek wisata dengan resiko rendah, karena terbuka di alam dan tidak menimbulkan kerumunan.
Pandemi ini berdampak pada perubahan perilaku dan perubahan tatanan kehidupan kegiatan berwisata yang akan berdampingan dengan Corona sehingga sektor pariwisata masuk pada tatanan kehidupan baru dengan mengacu pada protokol kesehatan, kebersihan, dan keamanan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan membiasakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) untuk menyambut era new normal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H