Mohon tunggu...
wachida faizah
wachida faizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Halo! Terimakasih sudah membaca artikel saya :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa Undip Mengoptimalkan Kreativitas Masyarakat di Masa Pandemi dalam Budidaya TOGA

11 Agustus 2021   23:47 Diperbarui: 12 Agustus 2021   01:15 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi dan Penyerahan Modul Panduan Penanaman TOGA pada Lahan Sempit/dokpri

Kota Semarang (8/2021) - Kuliah Kerja Nyata (KKN) TIM II Universitas Diponegoro dilaksanakan sejak tanggal 30 Juni hingga 12 Agustus 2021. Karena kondisi Pandemi kian melonjak, maka sistem pelaksanaan KKN tahun ini sangat terbatas dan dilakukan di daerah masing-masing dengan menerapkan protokol kesehatan.

Pandemi COVID-19 membuat masyarakat perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat, baik dalam pencegahan maupun penanganannya. Salah satu upaya pencegahan COVID-19 yaitu dengan memelihara stamina dan daya tahan atau imunitas tubuh agar tetap bisa beraktivitas dengan bugar, salah satunya dengan memanfaatkan resep turun temurun ramuan herbal/jamu yang telah diketahui keamanannya dan khasiatnya dalam rangka menghemat pengeluaran konsumsi obat saat pandemi.

Tanaman TOGA adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Budidaya tanaman obat untuk keluarga (TOGA) dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga.

Salah seorang Mahasiswa Undip, bernama Wachidatul Faizah, atau yang kerap disapa Ida, berkesempatan mengabdi pada masyarakat Kelurahan Gajahmungkur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, dimana lokasi ini merupakan salah satu kawasan perkotaan di Kota Semarang yang mana dapat dibilang padat penduduk. 

Oleh karena itu, lahan yang dimiliki setiap rumah pun sempit. 

Dari permasalahan tersebut, Ida berinisiatif untuk membagikan ilmu mengenai penanaman tanaman di lahan yang sempit. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mendesain apotek hidup tanaman TOGA adalah dengan mengadopsi teknik vertical garden, yaitu dengan cara menyusun rangkaian tanaman yang ditanam di atas media tanam kemudian disusun ke atas (secara vertikal).

Metode penanaman TOGA dengan teknik vertical garden membutuhkan alat dan bahan yang relatif sederhana yang bisa terbilang mudah didapatkan. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat vertical garden yaitu dengan memanfaatkan barang-barang bekas seperti: kawat tebal, pipa PVC, baut, tali, botol plastik minuman, tanah, bibit tanaman.

Langkah-langkah pembuatan vertical garden yaitu yang pertama, dinding untuk ditanami vertical garden ditentukan dan dipastikan dinding tersebut kuat untuk menopang beban media tanam dan tanaman. 

Kedua, rangka disiapkan dari kawat yang sudah dicat supaya terhindar dari karat. 

Ketiga, untuk menghemat biaya, kain atau botol plastik bekas bisa digunakan sebagai pengganti pot. Lalu yang keempat, kain atau botol bekas digantungkan pada rangka, kemudian diisi dengan tanah dan bibit tanaman.

Kelima, posisi tanaman diatur agar mudah dijangkau, disiram, dan dipangkas. 

Dan yang terakhir, supaya tanaman subur, digunakan zat pengatur tumbuh dengan disemprot pada daun dan campuran mikoriza pada media tanam.

Situasi dan kondisi pandemi, hingga pemerintah yang sedang menerapkan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), berakibat tidak mampu diadakannya pelatihan dengan mengumpulkan massa. 

Namun hal ini tidak menghalangi Ida untuk tetap mentransfer ilmu kepada masyarakat, hingga akhirnya dibuatlah modul panduan untuk mengajak masyarakat mempraktekkan penanaman atau budidaya TOGA dengan memberdayakan lahan yang ada. 

Dengan adanya progam ini, diharapkan masyarakat dapat mengasah kreativitas selama pandemi sehingga masyarakat memperoleh manfaat TOGA untuk diolah dalam rangka menjaga imunitas tubuh selama pandemi. Selain itu, dengan membudidayakan sendiri tanamn TOGA, akan mengurangi pengeluaran biaya untuk membeli obat herbal.

Penulis: Wachidatul Faizah (Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro)

DPL: Dr. Amiruddin, MA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun