Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Drama Pertalite: Antara pembatasan Akses dan Waktunya Memikirkan Kendaraan Listrik

6 Oktober 2024   16:17 Diperbarui: 6 Oktober 2024   16:28 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pabrikan otomotif besar sudah banyak yang turun tangan memasukkan kendaraan listrik ke Indonesia. Sebut saja Hyundai dengan "Ioniq 5" yang mulai mengaspal dan jadi perbincangan hangat di kalangan pecinta mobil. Selain Hyundai, ada Wuling yang menghadirkan "Air EV", mobil listrik mungil dengan harga lebih "bersahabat" dibandingkan kompetitornya. Terus ada DFSK Mini EV, MG4 EV, Chery Omoda, dan sebagainya.

Buat motor listrik, Gesits dan Viar juga nggak mau kalah, merilis berbagai varian motor listrik yang pas buat masyarakat urban. Terus ada juga Volta, Niu N1S, dan sebagainya. Mereka ini nggak cuma sekadar coba-coba, tapi benar-benar serius membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Para Ahli Bilang Apa?

Banyak pengamat otomotif di Indonesia yang setuju kalau kendaraan listrik itu solusi yang masuk akal buat menghadapi krisis BBM subsidi ini. Salah satunya adalah Fitra Eri, seorang jurnalis dan reviewer otomotif yang sering muncul di YouTube. Dalam salah satu videonya, Fitra bilang, "Kendaraan listrik jelas hemat biaya operasional, apalagi di tengah harga BBM yang makin nggak stabil." Menurutnya, kendaraan listrik nggak perlu banyak perawatan, dan pastinya nggak harus antre di pom bensin setiap minggu.

Ridwan Hanif, influencer otomotif lainnya, juga setuju dengan pendapat Fitra. Menurut Ridwan, salah satu keuntungan terbesar kendaraan listrik adalah efisiensi biaya. "Kalau pakai mobil listrik, biaya per kilometernya jauh lebih murah dibanding mobil bensin, bahkan setelah dihitung dengan biaya pengisian daya listrik di rumah," kata Ridwan. Tapi, ia juga menyoroti bahwa ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) masih jadi tantangan besar. "Infrastruktur kita belum sepenuhnya siap, tapi kalau cuma untuk pemakaian harian di dalam kota, kendaraan listrik sudah cukup ideal," tambahnya.

Perhitungan Biaya: Beneran Hemat?

Nah, sekarang kita masuk ke bagian yang paling menarik---perbandingan biaya operasional antara kendaraan listrik dan kendaraan bermesin bensin. Benarkah lebih masuk akal?

Mobil Bensin

Mari kita hitung pengeluaran buat mobil bensin dengan asumsi konsumsi BBM-nya 1:12 alias 1 liter bensin buat 12 km perjalanan. Jenis BBM yang dipakai Pertalite (RON 90) dengan harga Rp10.000 per liter. Jarak tempuh harian dipatok 50 km, dan mobil dipakai 20 hari sebulan. Kalau dihitung pakai EV Calculator, setiap hari si mobil butuh bensin senilai Rp41.667. Dalam sebulan, itu artinya kita harus keluarkan Rp833.340 buat bensin doang.

Lalu gimana kalau setahun? Ya siap-siap aja, pengeluaran bensin bakal tembus Rp10.000.080. Itu belum termasuk biaya-biaya lain, lho. Perpanjangan STNK misalnya, anggap aja Rp3 juta setahun. Belum lagi biaya servis rutin yang disimulasikan juga bakal habis Rp3 juta. Kalau ditotal, semua pengeluaran buat si mobil bensin ini dalam setahun bakal mencapai Rp16.000.080. Wow!

Mobil Listrik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun