Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Gempa Dan Panik: Hadapi Megathrust, Yogyakarta Harus Apa?

30 September 2024   10:29 Diperbarui: 30 September 2024   10:32 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kota Bersejarah, Ancaman yang Mengancam

Yogyakarta dengan segala kekayaan sejarah dan budayanya, ironisnya, menjadi salah satu wilayah paling rentan. Kawasan Sumbu Filosofi, yang meliputi Keraton hingga Tugu Jogja, adalah daerah yang harus dilindungi. Dalam konteks mitigasi bencana, area ini menjadi sorotan karena daya tarik turis yang tinggi. Bayangkan jika bencana datang saat ribuan wisatawan memadati area ini. Sumbu Filosofi bukan hanya soal sejarah, tapi juga simbol peradaban. Apakah kita rela simbol peradaban ini hancur tanpa ada langkah antisipasi yang serius?

Belakangan, pemerintah daerah mulai memetakan risiko dan mengidentifikasi bangunan-bangunan yang rentan. Namun, seberapa cepat kita bisa mengamankan Jogja dari bencana besar? Pembangunan infrastruktur tahan gempa memang penting, tapi yang lebih penting adalah kesadaran bersama. Warga Jogja perlu tahu bahwa gempa bukan soal kalau terjadi, tapi soal kapan terjadi. Ini seperti menunggu tamu yang tak diundang.

Dari Panik Menuju Siap

Jogja, dengan segala potensi bencananya, seharusnya sudah lebih siaga. Tapi, kesiapan bukan hanya soal alat-alat canggih atau kebijakan dari atas. Kesiapan itu soal mental dan budaya. Apakah kita sudah siap secara mental untuk menghadapi gempa megathrust? Apakah kita sudah membudayakan kesiapsiagaan di rumah, sekolah, kantor, dan tempat-tempat umum?

Kesiapsiagaan menghadapi megathrust bukan cuma tugas pemerintah. Ini tugas kita semua. Pemerintah memang bisa menyediakan sirene tsunami dan jalur evakuasi. Tapi, jika warganya masih panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, sirene itu hanya menjadi alat yang bising, tanpa fungsi.

Yogyakarta yang kita cintai ini berada di garis depan potensi bencana besar. Kita semua tahu ini. Namun, alih-alih terjebak dalam kepanikan dan ketakutan, kita harus beralih menjadi masyarakat yang siap siaga. Menghadapi megathrust bukan hanya soal bertahan, tapi soal bagaimana kita bersama-sama meminimalisasi risiko dan memperkuat diri. Karena Jogja bukan sekadar kota wisata. Jogja adalah rumah kita, dan rumah harus kita jaga.

Jadi, sudah siapkah kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun