Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Disabilitas Netra dan Ketidaknyamanan Saat Naik Transjogja

25 Mei 2023   07:53 Diperbarui: 25 Mei 2023   08:17 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya hafal tenan, kalau suara itu adalah petugas yang berteriak mengenai kedatangan bus. Ia yang mencatat waktu dari setiap kedatangan bus. Tapi kok cangkem karo sikape laknat banget. Karena merasa ora adune petugas kok koyo ngono, saat hendak berbalik ternyata bus sudah berjalan. Akhirnya saya di arahkan untuk duduk di dekat pintu. Suasana bus hening, menyimak kejadian konyol barusan.

Kru Kabin Bus yang puasa omong

Pada kesempatan lain, perjalanan saya masih sama yaitu memiliki acara di daerah UIN. Otomatis saya turun di halte SMA De Britto, dekat gerbang utara UIN SUKA. Kali ini petugas halte di Jombor saya dapat yang lumayan ramah. Terus pas naik bus, tidak ada insiden berarti. Selama perjalanan saya merasa aman-aman saja.

Tapi firasat saya kok tiba-tiba tidak enak. Sebelum awal tahun 2023, Voice announcement yang dari audio, lama tidak aktif di armada lama. Baru di armada Teman Bus. Sedangkan yang Trans Jogja itu masih belum aktif, hanya mengandalkan tarikan suara si kernet. Saya masih ingat, perjalanan waktu itu berada di pertengahan 2021. Saya hendak latihan paduan suara di PLD (pusat Layanan Disabilitas) UIN.

Saya rasakan kok perjalananya lama sekali. Padahal saya sudah bilang ke si kernet kalau akan turun di Halte De Britto. Tapi, selama perjalanan orangnya itu suaranya lirih. Bahkan cenderung ke arah diam. Nah, akhirnya saya memutuskan bertanya dengan suara yang keras. Sang kernet itu menyahut begini, "Mas mau turun mana?" dengan suara lirih, tapi saya masih dengar. Terus tak jawab, "De Britto, Mas!" tak rasakan petugas itu kayak glangkemen.

"Walah mas, ini sudah lewat. Masnya turun halte depan saja!" jelasnya tanpa berdosa.

Akhirnya dengan mangkel, saya turun dari bus. Tak kira yang kebablasan Cuma saya. Ternyata ada bapak-bapak yang juga ikut menerima sial, dari ritual puasa omong si kernet.

Akurasi ngawur sopir bus yang terlalu jauh saat berhenti di halte

Mungkin kendala bus yang berhenti agak jauh dari bibir halte tidak akan menjadi masalah bagi para pelanggan non-disabilitas. Baru menjadi kendala kalau yang naik itu insan seperti saya. Belum lagi kalau teman-teman kita yang menyandang disabilitas daksa yang duduk di kursi roda. Kan ora nalar! Lah si sopir ki sakjane di latih ora soal mandek sek ora mengsle? Agar saat berhenti di halte itu tidak mendzhalimi kaum disabilitas. Ingat yaa! Jargon yang ada "Dahulukan ibu hamil, lansia, dan penyandang disabilitas." Meh mendahulukan piye? Wong berhentinya saja nguawuur!

Petugas Malas

Terakhir, pengalaman kali ini kembali pada kru halte. Biar kru bus yang saya ceritakan di atas tidak panas ndiase! Menjadi petugas halte, sudah seharusnya mengetahui jalur, arah bus, dan kapan waktu operasional Trans jogja. Saya pernah bertanya mengenai jalur yang akan saya tumpangi. Tapi dengan entengnya si petugas bilang, "Masnya bisa donload aplikasi Trans Jogja di play store. Di sana lengkap kok informasinya," ucapnya memanaskan dada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun