Memanasnya hubungan Indonesia-Malayasia, mengusik saya untuk melihat lembaran-lembaran lama tentang konfrontasi Indonesia-Malaysia tahun 60-an.
Id Wikipedia menulis : http://id.wikipedia.org/wiki/Konfrontasi_Indonesia-Malaysia
En Wikipedia menulis : http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesia%E2%80%93Malaysia_confrontation
Ms Wikipedia menulis : http://ms.wikipedia.org/wiki/Konfrontasi_Indonesia-Malaysia
Satu hal yang saya amati di sini adalah, dalam Konfrontasi Indonesia-Malaysia tahun 60-an, konflik terjadi antara rakyat Malaysia yang ingin lepas dari kolonialisme barat dengan pemerintahan Malaysia yang bersifat feodal kapitalis bentukan barat. Indonesia memihak salah satu pihak, yaitu rakyat Malaysia yang ingin bebas dari penjajahan barat.
Pada perkembangan selanjutnya, keterpihakan Indonesia ini menjurus ke permusuhan pribadi antara bung Karno dengan Tunku Abdul Rahman dan melibatkan pasukan reguler Indonesia melawan pasukan Inggris, Australia, Gurkha dan New Zealand. Operasi yang pertama bersifat intelijen, yang membantu pasukan gerilya laskar setempat melawan pemerintah feodal bentukan Inggris, menjurus ke perang terbuka antara pasukan Indonesia melawan pasukan gabungan.
Cina dan Philipina yang bisa diharapkan berada di pihak Indonesia yang rakyat Malaysia hanya melihat dari jauh.
Bung Karno dalam ambisinya dalam operasi ganyang Malaysia memerlukan dukungan politik dan militer. Dukungan politik diperoleh dari PKI, yang aktif menggalang sukarelawan-sukarelawan ganyang Malaysia. Di sinilah, PKI makin dekat dengan sang Peminpin Besar Revolusi. Militer setengah hati dalam proyek ganyang Malaysia ini. Bahkan aktif melakukan pendekatan-pendekatan terhadap Kuala Lumpur melalui Des Alwi dan Kolonel LB Moerdani. Kekecewaan perwira-perwira di hutan-hutan kalimantan terhadap markasnya di Jakarta melahirkan perwira-perwira progresif yang bertentangan dengan Jakarta. Tampilah Brigjen Soepardjo, yang bersama dengan gerakan 30 September menculik dan membunuh 7 jenderal AD.
Bukan berarti Konfrontasi Indonesia-Malaysia lah melahirkan G30S, tetapi akumulasi penyebab, dan Konfrontasi Indonesia-Malaysia mengambil porsi besar.
Pada akhinya, pasca G30S, gerakan rakyat ditumpas habis oleh AD dan konco-konconya.
kesimpulan saya :
1. Konfrontasi Indonesia-Malaysia tahun 60-an semula berpihak pada gerakan rakyat, akhirnya menggelinding menjadi konflik terbuka Indonesia-Malaysia.
2. Mendekatkan gerakan rakyat yang dipelopori PKI dengan bung karno, dan memperuncing permusuhan PKI dengan AD. Menyebankan PKI mekakukan petualangan-petualangan politik yang tidak semestinya dalam teori gerakan rakyat.
3. Mempercepat bahkan mungkin menjadi penyebab utama terjadinya G30S.
4. Konfrontasi Indonesia-Malaysia tidak ada faedahnya buat gerakan rakyat, bahkan akhirnya menghancurkan gerakan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H