Mohon tunggu...
HIMUN ZUHRI
HIMUN ZUHRI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Penulis

Himun Zuhri seorang aktivis yang saat ini sebagai kuli tinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Lebih Dekat Sosok Kadis Dukcapil, Mantan Perwira TNI yang Pernah Jabat Danramil Madiun

5 Oktober 2021   21:41 Diperbarui: 5 Oktober 2021   22:16 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Mengenal lebih dekat sosok Jailani sang kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Merangin pada momen HUT Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke 76 yang lahir pada 5 Oktober 1945 silam.

Ternyata pria kelahiran Rantau Panjang, 7 November 1964 tepat 57 tahun lalu ini pernah menyandang pangkat kemiliteran di Indonesia perwira pertama TNI yakni Letnan Dua (Letda) Jailani.

Bahkan, tak hanya berpangkat Letda di TNI, suami tercinta Eva Surya Wulaningsih juga pernah menjabat di struktur teritorial TNI sebagai Plt. Komandan Koramil (Danramil) Madiun, Jawa Timur.

Ditemui di ruang kerjanya, Selasa (5/10/2021) Jailani menceritakan perjalanan karirnya yang sempat bertugas dan menjabat di institusi 'baju loreng' tersebut.

Hal ini berawal dari, program Jenderal (Purn) Rudini yang menjabat Menteri Dalam Negeri (Mendagri) pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993) ketika rezim Presiden Soeharto masih berkuasa, yakni wajib militer (wamil).

Seluruh tamatan Sekolah Tinggi Pemerintah Dalam Negeri (STPDN) angkatan pertama yang mana lembaga pendidikan andalan pemerintah ini sudah berubah nama menjadi (Insitut Pemerintahan Dalam Negeri).

Semua alumni STPDN saat itu diikutkan Mendagri dalam program Wamil dengan maksud mempersiapkan kepemimpinan negeri ke depan di samping ilmu pemerintahan calon pemimpin juga dibekali ilmu teritorial.

"Yang miliki ilmu teritorial ya TNI dan kala itu yang banyak berkuasa di negeri ini ya dari TNI," ujar Mjong Jai sapaan akrab ayah Intan Rahima ini.

Setelah tamat, para alumni mengikuti pendidikan militer selama 4 bulan lalu di seleksi, bagi yang lulus langsung dilantik presiden menjadi TNI dengan pangkat Letnan Dua (Letda) dengan hak dan kewajiban sama dengan perwira karir.

Usai dilantik sebagai perwira mereka tugaskan di jajaran teritorial, seperti di koramil, korem dan kodim. Ada yang memegang jabatan struktural di jajaran tersebut juga ada yang hanya perwira pembantu.

Kebetulan, dirinya ditempatkan pertama di Korem lalu Kodim Madiun, setelah itu ia diangkat sebagai Pelaksana tugas (Plt) Danramil Madiun, Jawa Timur. Saat itu Danremnya Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A. yang saat ini menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI.

"Waktu itu, Danrem nya Jenderal Luhut Binsar Panjaitan. Ternyata kita mantan binaan Ruhut Binsar Panjaitan juga," kata Jailani sembari tertawa lepas.

Pada 5 Oktober 1994 habis masa wajib militernya yang ia jalani sejak 5 Oktober 1992, dan ia kembali ke pemerintahan dan meninggalkan pangkat Letda yang kala itu Korps TNI memiliki andil sejarah dalam perjalanan rumah tangganya.

Jailani mengatakan memilih kembali ke sipil dan tidak melanjutkan berkarir di militer karena melihat peluang karir di PNS lebih menjanjikan dibanding ia bertahan di TNI.

"Kita melihat peluang karir, lebih baik saya di pemerintahan saja, karena di militer kita sebagai anak tiri, sebab kita tidak sanggup bersaing dengan akmil dalam jenjang karir," jelas Jailani yang pernah duduk di Kampus STKIP YPM Bangko ini.

Saat itu, kata Jailani UU Hankam menyebutkan prajurit dibagi ke militer sukarela (milsuk) yakni TNI yang murni mendaftar sebagai anggota dan membina karir di TNI dan wajib militer (wamil) yakni yang dipanggil pemerintah setelah lulus pendidikan dan waktunya hanya dua tahun.

Setelah dua tahun, bisa memilih melanjutkan ke TNI sebagai TNI militer sukarela dengan mengikuti seleksi terbatas kesamaptaan atau kembali ke sipil sebagai pegawai negeri, sekembalinya ke Sipil ia langsung menjabat Lurah Sungai Pinang, Kecamatan Bungo, Kabupaten Bungo Tebo tahun 1995.

Dan, kala itu sambung Jailani dari pangkat Letda di TNI ia langsung merger ke golongan III.a sementara tamat lulusan STPDN saat itu hanya golongan II.c ada juga II.d namun bagi alumni Wamil pindah ke PNS pangkat otomatis III.a.

Jailani mulai menapak karir, setelah Lurah ia menjabat Camat Tanah Tumbuh, Kabupaten Bungo (2000) lalu pindah ke Kabupaten Sarolangun jadi Camat Pelawan Singkut (2004) bergeser ke Camat Air Hitam (2005) lanjut Kasubbag di BKD.

Pada tahun 2007 ia pindah ke Kabupaten Merangin transit di bagian Pemerintahan Setda Merangin. Setelah itu ia menjabat Camat Margo Tabir (2008) lalu Camat Tabir Selatan (2009) kemudian Kabag Pemerintahan Setda (2011).

Menjabat hingga 2013 ia kemudian uji peruntungan dengan mencalonkan diri sebagai wakil bupati Merangin berpasangan dengan calon bupati Handayani dengan tagline "Haji" Handayani - Jailani.

"Pada Pilkada Merangin 2013 saya nyalon wabup alhasil Gagal," terang Jailani.

Jabatan karir terus menghampirinya, meski sudah bertanding dan dinyatakan kalah, pada tahun 2013 itu juga ia langsung diangkat oleh Al Haris yang tak lain lawan politiknya sebagai Staf Ahli bupati.

"Alhamdulillah suatu penghargaan bagi saya dari bupati terpilih, walupun saya lawan politiknya, dia tetap merangkul," kata Jailani memuji kenegarawanan Al Haris.

Setelah staf ahli, ia memimpin OPD dengan menjabat Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) tahun 2015 lalu pindah menjadi Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadispenda) tahun 2016 kemudian Kadis Dukcapil tahun 2017 dan sempat non job 6 bulan.

Setelah keluar SK Mendagri terkait jabatannya sebagai Kadis Dukcapil yang sempat berpolemik dengan mantan Kadis Dukcapil Hamidi. Jailani kembali menjabat Kadis Dukcapil hingga saat ini.

Ada yang menarik dalam perjalanannya selama di militer, ia mendapat bonus jodoh dengan seorang gadis cantik dari Madiun yang juga anak prajurit TNI dan ia dipertemukan melalui organisasi FKPPI.

Ketika dekat hendak pelepasan program wamil di Kodam dan Jailani terlebih dahulu mengikat janji suci bersama sang istri yang setia mendampinginya hingga saat ini.

"Pelepasan kami yang ikut Wamil 5 Oktober 1994, dia takut kehilangan akhirnya kami menikah pada 30 September 1994," kata Jailani lalu, mengenang masa bahagia itu.

Sebelum menjadi alumni STPDN ternyata Jailani juga sudah tercatat sebagai PNS dengan ijazah SMA. Ketika itu tidak menjadi persyaratan masuk STPDN dari PNS selagi umur maksimal masih memenuhi syarat.

Ia menempuh pendidikan di SDN 1 Rantau Panjang tamat 1979, SMPN Rantau Panjang tamat 1982. Kemudian SMA 4 Jambi tamat 1985 kemudian langsung kuliah di Unja dengan jurusan Ekonomi Pembangunan tahun 1985-1986.

Ketika kuliah anak Kuaket ini ternyata lulus PNS dengan penempatan pertama di Kantor Camat Tabir sehingga ia berhenti kuliah di Unja dan melanjutkan pendidikan di STKIP YPM Bangko tahun 1986-1988.

Lagi, lagi belum sempat ia menamatkan kuliah di kampus terbesar di Merangin kala itu, Calon Sekda Merangin dua kali ini saat itu kembali lulus tes di STPDN dan melanjutkan di sekolah praja hingga tamat (*).

Penulis: Himun Zuhri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun