Saya memulai perjalanan hari ini dari Kota Bangko pada pukul 07.30 Wib menuju Kota Jambi, dan sebelumnya saya sudah membeli tiket pesawat dengan tujuan Kota Bandar Lampung melalui bandara Raden Inten II (TGK) via Bandara Sultan Thaha Saifudin Jambi (DJB).
Saya membeli tiket salah satu maskapai yang harganya saat di cek paling murah untuk penerbangan dengan jadwal hari ini, pembelian tiket melalui salah satu aplikasi penjualan tiket online, dan saya beli dengan jadwal penerbangan pada pukul 17.50 WIB, Selasa (4/9/2018). Penerbangan ini langsung alias tanpa transit baik ke Jakarta maupun Palembang.
Saya sampai di Kota Jambi sekira pukul 13.30 Wib lalu mampir ke kos-nya keponaan, karena beliau baru belajar merantau dan kuliah di Jambi. Setelah istirahat sekitar pukul 16.00 WIb saya bergegas dari rumah ponaan dan minta antar ke Bandara STS Jambi naik motor miliknya yang baru keluar beberapa menit keluar dari bengkel, karena tadi sempat gak mau hidup.
Dalam perjalanan menuju bandara, saya dihubungi pihak maskapai, dia mengatakan jadwal penerbangan pesawat dipercepat dan akan terbang pukul 17.00 Wib (jadwal awal 17.50 Wib). Waduuuh tentu saya sedikit kaget sebab perjalan dari kos ke bandara memakan waktu sekitar 45 menit, ditambah lagi kekhawatiran saya karena belum chek in, perjalanan inipun harus  dikebut dan harua menerobos macet ulah padatnya kendaraan di kota Jambi.
Sesampai di bandara 'Alhamdulillah' saya masih bisa chek in, dan oleh petugas dipersilahkan menuju ruang tunggu untuk naik pesawat, karena melewati proses pemeriksaan yang harus melepas ikat pinggang, jam tangan dan benda logam lainnya ditubuh. Tentu, karena sudah datang telat, mengingat jadwal penerbangan yang dipercepat barang pasti saya akan terlambat naik pesawat.Â
Dan, setibanya diruangan tunggu, saya sudah mendengar suara dari penjuru bandara yang mengatakan panggilan terakhir kepada bapak Himun Zuhri. Kira-kira begitulah bunyinya, saya semakin menggegas dan menuju pesawat yang keberangkatannya hanya menunggu saya naik saja sambil berfikir sebelum panggilan terakhir tentu ada panggilan awalnya. Hee
Sementara itu, sejak dari pintu keberangkatan saya kebetulan masuk berbarengan dengan salah satu anggota DPR RI asal Dapil Jambi dari salah satu partai peserta Pemilu 2019, saya melihat dengan mata kepala saya bahwa ada "jamuan" alias perlakuan khusus untuk bapak dewan yang terhormat tersebut, dari dua kali pemeriksaan 'tak tahan hati' dan akhirnya saya tanyakan kepada petugas.Â
Saya melihat petugas bandara begitu hormat dengan beliau dan saya tepat berada dibelakangnya, namun anggota dewan yang terhormat tersebut setiap pemeriksaan hanya disalami oleh petugas tanpa menanyakan boarding atau tanda pengenalnya. Kepada petugas pertama yang meminta saya memperlihatkan tiket, saya tanyakan kalau pak dewan gak di tanya apa-apa ya?. Petugas berparas cantik itu hanya menjawab, heeem..(senyum).
Lalu berlanjut kepemeriksaan kedua, petugas yang kembali meminta saya menunjukkan boarding pass dan KTP saya, dan saya tanya lagi, kok pak dewan gak ditanya ya boarding sama KTP-nya, soalnya beda sama saya. Petugas itu menjawab, "Beliau ada protokolernya," kata dia. Waduh ternyata enak ya jadi anggota dewan, semua ada yang urus baru tahu saya, heee.
....Ini kisah nyata, saya tulis dipesawat dan hanya untuk mengisi waktu luang saja, sebab sudah lama sekali rasanya tidak menulis, sembari menghalau rasa bosan dalam pejalanan 1 jam 20 menit yang saya lalui ini.Â
Oleh: Himun Zuhri
Udara, 4 September 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H