Mohon tunggu...
Vivi Bun
Vivi Bun Mohon Tunggu... -

A language enthusiast. Love cats and books. Interested in culture and global studies. Currently working on my bachelor degree in International Relations.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Manusia Diperjualbelikan

19 Agustus 2017   11:03 Diperbarui: 21 Agustus 2017   12:23 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para korban juga terjerumus dalam kegiatan perekrutan. Terdapat istilah dari bahasa Sudan,  "dapatkan budak dengan menggunakan budak". Para korban yang sudah terlalu tunduk ini akan menerima perintah dari pelaku untuk menarik korban baru dengan menjanjikan gaji yang lebih besar bahkan kebebasan. Kenyataannya, pelaku sangat tahu kelemahan dan keingin terbesar korbannya. Obat-obatan terlarang akan dimanfaatkan untuk membuat korban lebih tunduk. Pada akhirnya, pelaku akan menjadi sumber kehidupan mereka dikarenakan kecanduan yang tidak dapat mereka tahan.  

Sebuah Awal

Berdasarkan data dari United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) tahun 2014, terdapat 510 jaringan perdagangan manusia sepanjang tahun 2010-2012. Jumlah itupun hanya mewakili yang berhasil diringkus saja. Sudah menjadi fakta umum bahwa wanita adalah korban utama dengan persentase menyentuh angkah 49, namun terdapat 18% pria dan 33% anak-anak baik perempuan (21%) ataupun laki-laki (12%) yang juga diperdagangkan.

Para penegak hukum mendefinisikan perdagangan manusia sebagai prostitusi dan kejahatan seks pada perempuan sehingga tindakan kriminalitas lainnya dipandang sebelah mata. Masyarakat nyatanya juga ikut mempopulerkan anggapan ini. Suatu tempat dimana gender gapmasih sangat kental tentu akan tercipta sebuah asumsi bahwa wanita adalah sasaran empuk para pelaku. Pada akhirnya, pencegahan dan perlindungan hanya diarahkan pada kaum hawa sedangkan kaum adam tidak mendapatkan perlindungan sebagaimana mestinya. Padahal di jaman globalisasi ini, perminataan akan laki-laki sedang naik daun.

Perdagangan manusia bukan sekedar status, gender ataupun jenis kelamin. Anak laki-laki akan dijadikan tentara dan pelaku bom bunuh diri cilik sedangkan pria dapat diperjualbelikan organ dalamnya bahkan dijadikan pemuas nafsu homoseksual. Apapun jadi selama mereka bisa mendatangkan sejumlah uang dalam waktu singkat. Di sinilah letak persepsi yang salah, bahwa perdagangan manusia hanyalah membahas seks dan wanita. Jika ini berlanjut, masyarakat juga turut andil dalam meningkatkan angka perdangangan manusia.

Semua berawal dari masyarakat dan lingkungannya sendiri. Sudah saatnya masyarakat berhenti bersikap pasif dan mulai peka terhadap lingkungannya dengan cara saling mendidik. Edukasi sangat diperlukan untuk mencegah dan menanggulangi masalah kemanusiaan ini. Bukan edukasi dalam arti gelar sarjana ataupun penemuan bernilai tinggi, melainkan nilai moral dan pola pikir kritis ketika melihat fenomena sosial. Jangan lagi beranggapan bahwa perempuan adalah kaum kelas dua. Jangan lagi berpikir bahwa anak-anak menjadi urusan orang tuannya saja. Jangan lagi melihat prostitusi laki-laki sebagai hal yang lucu.

Korban tidaklah menjual dirinya berdasarkan kemauannya. Ancaman keluarganya akan disakiti menjadi cerita pengantar tidur yang terus terngiang di kepala. Oleh karena itu, kenali ciri-cirinya dan dukung institusi serta hukum yang membela para korban. Para pelaku akan selalu mengincar imigran, remaja bermasalah, orang-orang kurang mampu dan yang mengalami kecacatan sosial lainnya. Apabila melihat tanda-tanda penekanan oleh orang-orang mencurigakan, segera laporkan kepada pihak berwajib. Pihak ini pun harus paham betul cara melindungi identitas pelapor dan korban.

Orang tua juga harus dapat membekali anaknya dengan pesan moral dan pengetahuan agar dapat menghindari para pelaku. Jadilah panutan sekaligus sahabat, bukan hanya sekedar orang yang lebih tua dengan segudang nasihat. Ingatlah bahwa para pelaku bisa saja teman dekat anak atau bahkan pihak yang mengaku sebagai seorang talent scout dan modeling agent.

Selalu perhatikan perusahaan manufaktur barang yang akan dibeli karena bisa saja perusahaan tersebut menggunakan budak buruh. Anak-anak umumnya diperkerjakan di perkebunan coklat mapun teh. Industri tekstil dan merek-merek ternama juga kerap memperkerjakan buruh dengan gaji yang sangat rendah tanpa perlindungan hak asasi manusia. Oleh karena itu, jadilah pembeli  yang bertanggung jawab dengan membeli hanya dari merek yang sudah terjamin profilnya.

Tidak perlu bersama polisi membongkar jaringan perdagangan manusia. Penikmat pornografi bisa saja menemukan para korban di setiap video dewasa yang ditontonnya. Perdagangan manusia tidak akan dapat diselesaikan jika permintaan masih terus bertambah. Tidak harus juga membentuk suatu tim pemberantas perdagangan manusia. Kemampuan fotografi dan editing dapat dipadukan dalam bentuk sebuah film pendek yang mengedukasi masyarakat luas.

Ayo, rangkul para korban tidak peduli dia perempuan atau laki-laki dan marilah bersama mencegah bertambahnya korban perdagangan manusia dengan menjadi pribadi yang lebih peka dan kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun