Kala itu.
Aku berdiri disisi lain jalan itu.
Berdiam dalam dekapan malam.
Lalu tersayat oleh ingatan masa lalu yang kelam.
Kemudian mencoba berjalan.
Meski tertatih-tatih dalam langkah.
Juga terbirit-birit dalam mengerjar hingga lelah.
Sampai akhirnya terjatuh.
Dan menyadari.
Satu-satunya pilihan adalah merangkak tanpa merengek.
Setelah sekian lama.
Sudah seribu jalan yang ditelusuri.
Tapi tetap tidak ditemui.
Sampai kapan terus-terusan menanti?
Apakah sampai menua diri ini?
                                                                        23 Feb 2017.
                                                                         Tertanda
                                                               Aku yang Dulu Pernah Merana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H