Kasus eFishery yang diduga menggelembungkan pendapatan dan laba selama beberapa tahun terakhir, sehingga menimbulkan persepsi bahwa kinerja mereka cukup baik, cukup menarik. Saya sendiri sempat tertarik dengan perusahaan ini ketika mereka menjadi salah satu nara sumber dalam sebuah event IT tahunan yang diselenggarakan oleh sebuah perusahaan IT yang cukup besar. Saya tertarik dengan ide teknologi yang mereka pakai.
Namun, mengapa perusahaan berbasis teknologi seperti itu, laporan keuangannya bisa berbeda dengan realita? Padahal secara teknologi, bisnis mereka sudah berbasis digital. Bukan manual seperti jaman dulu, yang datanya bisa ketinggalan diinput atau tercecer tidak sengaja. Namanya juga manipulasi. Artinya memang disengaja.
Mengapa pula para investor bisa kecolongan, selama beberapa tahun? Mungkin karena mereka hanya melihat laporan keuangan yang sudah jadi saja. Asal data yang pada akhirnya membentuk laporan keuangan itu, apakah dicek? Mungkin. Tetapi apakah mereka melakukan pengecekan aliran data mulai dari hulu sampai ke hilir? Kalau iya, pasti ketahuan laporan keuanganya dimanipulasi.
Berdasarkan pengalaman saya dalam pemodelan data untuk laporan keuangan, tidak mudah untuk membangun laporan keuangan akhir yang datanya langsung nyambung mulai dari hulu sampai ke hilir, dari awal sampai akhir. Karena, mungkin saja, belum semua aktivitas perusahaan terkait keluar masuk uang sudah menggunakan aplikasi, dimana otomatis terjadi aktivitas perekaman data. Kalau semuanya sudah terekam dalam database yang terstruktur, akan lebih mudah. Semua data disambungkan, diproses sesuai logika bisnis yang berlaku, diklasifikasikan, dan seterusnya, hingga secara otomatis keluar laporan keuangan akhir.
Jadi, dari sisi teknologi informasi secara keseluruhan, kira-kira hal apa saja yang dapat membuka celah untuk memanipulasi data keuangan di jaman digital ini?
1. Data transaksi bisnis belum terekam sebagai data yang terstruktur
  Data yang belum terekam secara otomatis dengan struktur database yang teratur ini, biasanya diinput manual dulu. Ini adalah celah    dimana data bisa diubah-ubah dan buktinya bisa disesuaikan.
2. Data awal yang terstruktur sudah ada, tetapi tidak langsung disambungkan dengan sistem yang menghasilkan laporan keuangan. Bisa saja data transaksi awal dikeluarkan dan diubah-ubah dulu, baru di upload ke sistem laporan keuangan. Artinya datanya tidak real time, Â dan ada kemungkinan beda dengan data yang sebenarnya.
3. Laporan keuangan memang dibuat manual, bukan otomatis berdasarkan data transaksi harian atau bulanan, sekalipun data transaksi sudah ada, tercatat dalam database terstruktur.
Datanya semua diinput  manual dalam bentuk total, sehingga tidak diketahui darimana nilai total tersebut berasal.