Pengalaman pribadi saya berbicara dengan orangtua, ayah yang lelaki, dan ibu yang perempuan memang berbeda. Contoh percakapan berikut yang pernah saya alami ketika berbicara via telepon dengan mereka, tentang salah seorang kerabat yang sedang sakit keras:
Percakapan saya dengan ibu:
Saya: Gimana kabarnya tante X, apakah sudah membaik?
Ibu: (bercerita detail), termasuk tentang kemungkinan bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan.
Saya yang mendengar cerita itu, tentu saja berpikiran bahwa penyakitnya sudah sangat parah, dan (maaf) waktunya sudah dekat. Saya pun mulai berpikir untuk pulang secepatnya, takut tidak sempat lagi bertemu dengan tante X.
Hari lain, saya berbicara lagi dengan ayah saya, dan menanyakan perkembangan kesehatan tante X.
Saya: Gimana kondisi tante X?
Ayah: (Dengan nada tenang) Semuanya sudah ditangani dengan baik oleh dokter. Kondisinya baik. Berdoa saja supaya kondisinya lebih baik lagi.Â
Jawaban seperti ini, membuat saya merasa tenang, dan berpikir semuanya baik-baik saja, dan tidak perlu terburu-buru untuk pulang menemui tante saya itu. Tetapi tentu saja harus saya sempatkan secepatnya.
Di kemudian hari, ketika saya berkesempatan menjenguk beliau, ternyata kondisinya memang parah, persis seperti yang diceritakan oleh ibu saya. Dan memang waktunya tidak lama lagi.