Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membaca Sejarah Indonesia, Antara Data & Logika

2 Desember 2024   22:43 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:06 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dikusi: "Membaca Sejarah Indonesia" di Kompas Institute (dokpri)

Yang unik Mas Adit MKM ini adalah seorang yang rajin mereview buku dan mempengaruhi orang lain untuk membeli dan membaca buku yang dia review. Salah satu buku yang dia review adalah buku tulisan Pak Peter Carey.

Pak Peter Carey sendiri adalah seorang "bule" yang memutuskan untuk meneliti mengenai Pangeran Diponegoro setelah beberapa hal yang tidak sengaja ditemui dan alami, yang meyakinkan beliau untuk melakukan hal itu. Itulah "eureka" yang membawa dia ke pulau Jawa untuk mempelajari serta mencari tahu tentang Pangeran Diponegoro.

Miriskah kalau justru orang asing yang menulis tentang sejarah Indonesia?

Kenyataannya dalam diskusi ini terungkap bahwa data-data sejarah Indonesia justru banyak ditemukan di luar Indonesia. Jadi buat saya pribadi ada orang asing yang meneliti dan menulis tentang sejarah Indonesia bukan sesuatu yang luar biasa.

Namun, saya tertarik karena Pak Peter ini secara khusus meneliti tentang satu orang Pahlawan Indonesia, yaitu Pangeran Diponegoro. Dalam pemikiran saya berarti itu akan sangat detail, tentang pribadinya, keluarganya, kebiasan-kebiasan yang melatar belakangi tindakan-tindakannya, dan segala sesuatu yang lain terkait Pangeran Diponegoro. Sementara yang kita tahu dari sekolah hanya sedikit saja tentang Pangeran Diponegoro. Boleh dibilang mungkin hanya sebatas pahlawan dari daerah mana dan tentang perang Diponegoro.

Dalam diskusi ini juga terungkap jika ternyata ada saja potongan-potongan kisah sejarah yang sengaja tidak boleh di-publish untuk alasan tertentu.

Misal, komika Adit MKM pernah mempertanyakan mengapa ada foto Bupati Surabaya (di masa lalu) yang tidak dipajang bersama foto-foto bupati lainnya. Jawabannya adalah karena bupati tersebut dianggap terlibat dengan PKI.

Secara logika, kesalahan seorang bupati (jika memang ada), tidak dapat membatalkan kenyataan bahwa orang itu pernah menjadi Bupati. Tentu hal-hal seperti ini dapat mengaburkan sejarah yang sebenarnya. 

Walau cuma sedikit yang dihilangkan, hal itu dapat mengubah persepsi dan pengertian mengenai kisah sejarah tersebut. Seharusnya kisah sejarah ditampilkan secara hitam putih bukan berdasarkan salah benar karena kekhawatiran akan persepsi masyarakat yang tidak sesuai dengan keinginan negara. Hitam putih dalam arti apapun kenyataannya, mau hitam atau putih, itulah kisah sebenarnya.

Buat saya, penghilangan atau pengubahan fakta yang sebenarnya ini seperti data yang dimanipulasi sehingga tidak lagi sinkron antara kenyataan sesuai fakta-fakta yang ditemukan, pemaknaan kisah yang seolah menjadi dipaksakan, dan hasil dari pemaknaan kisah yang akhirnya menjadi salah, karena dari awalnya sudah sengaja ada pengubahan data dan fakta.

Namun demikian, secara umum, belajar sejarah ternyata menyenangkan jika bukan hanya semata-mata menghafalkan tahun dan nama-nama. Sejarah adalah kisah yang terjadi di masa lalu yang seharusnya dapat menjadi pelajaran di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun