Namun, belakangan ini nampaknya CV dan resume kita mulai dibaca oleh AI, tetapi belum sepenuhnya "satu bahasa" dengan manusia. Maka, pastikan CV atau resume kita sudah benar. Bebas typo, tata bahasanya baik, kata kuncinya juga sesuai, agar dapat memenuhi syarat secara "AI". Â Ada baiknya juga mencari tahu, CV atau resume seperti apa yang bakal lolos penyortiran oleh AI.Â
Satu hal yang perlu disadari adalah, mencari pekerja itu tidak mudah. Maka itu di beberapa perusahaan yang menghargai karyawan dan sadar bahwa mencari karyawan yang cocok itu tidak mudah, diberikan kesempatan kepada karyawan yang ada untuk mereferensikan seseorang.
Jika orang itu lolos dan dapat bertahan sampai masa probation selesai, karyawan yang mereferensikan akan mendapatkan insentif atas referensinya.
Jadi, kadang-kadang kita juga bisa tanya-tanya teman, kenalan mengenai lowongan kerja yang sesuai dengan skill kita. Siapa tahu pas sedang ada lowongan di tempat mereka bekerja.
Jadi menurut saya, yang paling efektif adalah pendekatan ke headhunter. Namun demikian job fair juga penting untuk para fresh graduate dan untuk jenis-jenis skill tertentu.
Tetapi yang lebih penting lagi adalah kesiapan seorang pelamar kerja. Apapun jalurnya, kalau si pelamar tidak siap, akan sulit lolos dalam test dan wawancara untuk mendapatkan sebuah pekerjaan.Â
Maka itu, diharapkan pemerintah juga peka akan hal ini. Job fair saja tidak akan efektif jika tenaga kerjanya tidak tersedia. Pelamar banyak tetapi yang sesuai dengan kebutuhan belum tentu sebanyak itu. Ada baiknya pemerintah mengadakan pelatihan-pelatihan untuk bisa menyediakan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H