Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pidato Kebudayaan: Balas Budi untuk Rakyat

26 November 2024   16:45 Diperbarui: 26 November 2024   16:57 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa disebut pidato kebudayaan? Apa hubungannya dengan balas budi kepada rakyat? Pertanyaan itulah yang muncul di kepala saya ketika memutuskan untuk ikut mengisi absensi Kopaja71 untuk menghadiri acara tersebut, "Pidato Kebudayaan" dengan judul "Balas Budi Untuk Rakyat" yang dibawakan oleh Garin Nugroho, pada tanggal 10 November 2024. Tahun ini adalah pidato kebudayaan yang digelar ke-30 kalinya pada tanggal yang sama, bertepatan dengan hari Pahlawan. Yang ternyata juga bertepatan dengan ulang tahun TIM (Taman Ismail Marzuki).

Dan ini adalah pertama kalinya saya mengikuti pidato kebudayaan. Selama ini kemana aja?!...Yah maklum baru tahu kalau tiap tahun ada acara seperti ini.

Acara diawali dengan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh cucu cicit dari W.R Supratman, yaitu pencipta lagu Indonesia Raya. Kemudian dibuka oleh Perwakilan dari Dewan Kesenian Jakarta, dilanjutkan dengan pidato dari Menteri kebudayaan yang pertama, yaitu Bpk. Fadli Zon, secara daring. Kehadiran Bapak Menteri Fadli Zon sendiri diwakili oleh wakilnya.

Acara yang menurut jadwal dimulai pukul 19.00 itu dibuka agak terlambat. Namun untunglah, waktu yang hilang itu tergantikan dengan performance musik dari solois Hanifa Shabrina yang diiringi oleh pianis Nathania Karina. Mereka membawakan lagu lama "Payung Fantasi" dengan irama yang menyenangkan sehingga para hadirin terbawa suasana hingga tanpa sadar ikut bergoyang dan bersenandung mengikuti lagu.

Pidato kebudayaan dibayangkan sebagai oase atau suara jernih dari Cikini yang merujuk pada pandangan Umar Kayam tentang makna pusat kesenian sebagai mata air yang mengaliri air jernih ke segala penjuru negeri ini dan menjadi sumber inspirasi bagi para pegiat seni budaya dan masyarakat luas. (Buku Program PiKebu 2024)

Jadi apa sih maksudnya pidato kebudayaan? Apakah kebudayaan itu selalu mengacu kepada sesuatu yang berbau seni, sehingga diadakannya pun selalu di Pusat Kesenian seperti Taman Ismail Marzuki?

Apakah kebudayaan yang dimaksud selalu mengacu pada kebudayaan Indonesia yang dibentuk di masa lalu dan selalu diserukan agar dilestarikan sekarang ini?

Kebudayaan bukanlah melulu tentang sesuatu yang berasal dari masa lalu.

Kebudayaan dalam arti luas adalah cara berpikir, bertindak, dan bereaksi suatu bangsa, berbasis pada peta-peta sosial, ekonomi, budaya, hingga politik yang berubah dalam setiap periode zaman. Berarti kebudayaan itu juga tentang masa sekarang dan masa depan.

***

Selama masa Pemilu kemarin masyarakat Indonesia mungkin akrab dengan kalimat: koalisi balas budi. Nah dalam pidato kebudayaan ini, Garin Nugroho mempertanyakan atau dalam pengertian pribadi saya, menantang pemerintahan sekarang, apakah pemerintahan yang baru ini mampu berkoalisi dengan rakyat sebagai jalan untuk balas budi untuk rakyat. Dengan kehadiran kementerian kebudayaan yang sekarang ini berdiri sendiri, timbul pemikiran apakah kementrian kebudayaan sanggup menjadikan kebudayaan di masa depan menjadi 'panglima' daya hidup bangsa bersama ekonomi dan politik, yang sudah menjadi 'panglima' di masa pemerintahan Jokowi.

Strategi kebudayaan mengandung kata kunci penting, yaitu imajinasi. Imajinasi adalah membayangkan sesuatu, mengabstraksi, memetakan bagaimana nanti ke depannya. Seorang pemimpin yang unggul adalah pemimpin yang sanggup berimajinasi ke depan untuk kemajuan bangsa. Bukan sekedar trial and error  tanpa pemikiran yang logis, atau ikut-ikutan trend. Imaginasi sanggup memetakan sesuatu di masa depan. Imaginasi juga harus mampu menerobos segala kendala dan keterbatasan.

Tjokroaminoto, adalah pemimpin dengan langkah-langkah politik yang mengimajinasikan bangsa dan negara. Kisahnya dapat dilihat pada film yang disutradarai oleh Garin Nugroho: Tjokroaminoto: Guru Bangsa.

Dengan strategi budaya, Tjokro memimpin bangsanya untuk bertumbuh dalam situasi dan kondisi terjajah sekalipun.

***

Dalam pidatonya, Garin Nugroho menyebutkan bahwa elite politik era Jokowi kurang memberi ruang bagi tokoh humaniora alias pemimpin budaya yang berfokus pada kualitas manusia untuk menjadi lebih baik. Padahal, seperti disebutkan di atas pemimpin yang unggul adalah yang berkekuatan imajinasi, kata kunci dari strategi kebudayaan, untuk menuju masa depan yang lebih baik bagi bangsa. Pemimpin seperti ini mempunyai visi, keberanian, dan pengorbanan, serta mampu berkoalisi dengan rakyat untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Bener juga ya. Selama ini sepertinya rakyat membangun budayanya sendiri-sendiri tanpa pemimpin. Sementara pemimpin berusaha membangun ekonomi dan politik, tetapi nampaknya lupa berkoalisi dengan rakyat untuk membangun budaya yang baik di tengah masyarakat.

Dengan mendengarkan pidato kebudayaan ini, jadi kembali disadarkan kalau budaya ada di segala bidang. Budaya bukan hanya berasal dari masa lalu. Tetapi budaya itu juga tentang masa sekarang dan merancang masa depan.

Kalau begitu, siapa bilang tentang teknologi tidak ada unsur budayanya. Ada! Karena teknologi juga butuh imajinasi untuk bisa membangun sesuatu yang lebih baik di masa depan, mempersiapkan sesuatu sekarang agar tidak menjadi sesuatu yang kadung susah untuk diperbaiki di masa depan. Dan saya kira semua bidang kehidupan, butuh imajinasi kreatif agar dapat terus berkelanjutan. Kemampuan imajinasi ini tidak dibangun dalam waktu singkat. Tetapi perlu pengertian yang mendalam tentang berbagai teori, pengamalan yang membuahkan pengalaman dan kebijaksanaan, dan pada akhirnya kemampuan berimajinasi untuk membangun visi yang jauh ke depan.  

Semoga pemerintahan sekarang juga dapat mengedepankan strategi budaya yang tepat dan sesuai dengan kepribadian bangsa, mampu berimajinasi merancang visi ke depan dan berkoalisi dengan rakyat untuk menjalankan visi dan misinya, sehingg negara ini dapat menjadi lebih baik baik di dalam negara Indonesia sendiri maupun di tengah-tengah bangsa lain di dunia ini. Dan sanggup mengembalikan hak-hak warga negara untuk menjadi masyarakat sipil yang kritis, terbuka, produktif, terlindungi, dan sejahtera sesuai dengan amanat undang-undang. 

Referensi:Buku Program Pidato Kebudayaan 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun