Sritex adalah perusahaan pertama yang memanggil saya untuk interview calon karyawan di luar kota tempat tinggal saya. Waktu itu saya baru saja lulus. Awalnya, saya underestimate karena surat panggilannya lusuh, dan cuma seperti kertas undangan pertemuan zaman baheula, yang dilipat empat dan dijepret.Â
Tetapi kemudian saya memutuskan untuk pergi setelah mendapatkan surat panggilan kedua. Setelah di sana, ternyata gedung dan area kerjanya sangat besar dan luas. Lingkungan sekitarnya juga menyenangkan.
Para calon karyawan yang sama-sama mendapat panggilan interview saat itu, diantar menggunakan mobil dari gedung pertama yang kami masuki, menuju gedung tempat interview dilaksanakan.Â
Kebayangkan bagaimana luasnya area Sritex? Yang terpikir oleh saya waktu itu adalah... ini pasti perusahaan besar banget.
Mengapa perusahaan sebesar itu, yang sudah berjaya cukup lama bisa pailit?
Zaman itu, ketika saya baru lulus, dunia IT di Indonesia lebih kepada otomatisasi. Makanya lulus kuliah, tahunya jadi programmer.
Mengapa otomatisasi? Karena masih banyak pekerjaan yang dilakukan manual.Â
Boro-boro ngomong masalah Artificial Intelligence, datanya saja kebanyakan masih dalam bentuk hard copy. Maka itu, kebanyakan organisasi masih sibuk mengkomputerisasikan pekerjaan yang manual.
Misal, pekerjaan kasir yang tadinya menerima dan mencatat pembayaran di buku penerimaan uang mulai ditransformasikan menjadi meng-input data pembayaran ke database di dalam komputer. Kemudian di akhir hari, mereka dapat melakukan pencetakan laporan harian penerimaan uang.
Itu baru otomatisasi menggunakan komputer. Dimana, operator menginput data, dan laporan tidak usah dibuat lagi terpisah. Mungkin saat itu belum terpikir kalau itu sudah termasuk proses men-digital-kan data. Data yang nantinya bisa dipakai untuk banyak hal. Termasuk untuk analisa kinerja perusahaan.