Kebetulan, kelompok gen Z yang saya temui merupakan tipe yang seperti ini: Mereka terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa cross check sana-sini atau menguji kebenaran dari sesuatu yang mereka dengar, baca, lihat tetapi berani berpendapat berdasarkan apa yang mereka tahu, yang ternyata belum tentu dimengerti dengan benar. Hingga akhirnya sering sekali saya berkesimpulan, "Dia tidak tahu apa yang dia bicarakan", ketika berinteraksi dengan mereka.
Perlu diakui bahwa mereka lahir dan besar pada jaman teknologi informasi sudah sangat baik dibandingkan generasi sebelumnya. Situasi ini tentu membuat mereka dengan mudah mengakses berita, ilmu, dan informasi lainnya.
Tidak seperti jaman saya, dimana saya harus mengumpulkan uang berbulan-bulan dulu untuk membeli sebuah buku pelajaran, demi bisa mengakses isinya dengan leluasa.
Tetapi nampaknya satu hal yang banyak dari mereka lupa. Yaitu menguji apa yang mereka baru tahu dari hasil membaca, melihat, atau mendengar. Karena tahu belum tentu mengerti dengan benar. Dengan tahu sesuatu, mungkin saja itu baru potongan-potongan kecil yang masih harus disusun dengan benar untuk mendapatkan pengertian yang sesungguhnya. Sudah bagus mereka mau membaca dan mencari tahu. Tetapi, saya rasa itu tidak cukup. Sekali lagi, karena belum tentu apa yang dibaca, didengar, atau dilihat itu memang hanya seperti itu saja adanya.
Kalau di sekolah ada latihan soal-soal yang harus dikerjakan, ada ujian yang dinilai, salah satu tujuannya adalah untuk menguji apakah pengertian yang didapat sudah benar atau belum.
Jika belum, tentunya teorinya harus diulang lagi, bukan sekedar untuk hafal, tetapi demi mendapatkan pengertian yang benar. Supaya tidak asbun (asal bunyi) karena merasa tahu tetapi kenyataannya belum mengerti benar.
Hanya saja, sepengalaman saya, sifat seperti itu bukan cuma muncul di Gen Z. Ada saja orang yang seumuran begitu juga. Yang lebih tua juga banyak. Asbun dan sok tahu biar kelihatan exist.
Berharap Proses Yang Instan
Kelanjutan dari poin di atas, karena merasa mudah mengakses informasi, mudah meng-“copy paste” sesuatu, dan merasa bisa menggunakan teknologi, maka umumnya orang-orang seperti itu kurang menerima kenyataan kalau sebuah pencapaian, dalam banyak hal, adalah sebuah perjalanan yang tidak instan.
Bisa saja sih instan, tapi itu ada waktunya.
Kalau belum tahu apa yang dia tidak tahu, sebaiknya jangan berharap proses yang instan. Lebih baik ikuti sambil belajar dulu dari orang lain yang lebih berpengalaman, yang sudah benar-benar ahli di bidangnya.