Berbicara di depan orang banyak mungkin adalah salah satu ketakutan terbesar bagi sebagian orang di dunia ini.
Padahal, dalam kehidupan sehari-hari pasti ada satu momen di mana, mau tidak mau, kita harus berbicara di depan umum, walaupun bukan secara profesional namun formal, baik itu dalam lingkup yang kecil maupun besar.
Contoh yang paling sederhana, dalam lingkup tertentu, adalah mengucapkan sepatah dua patah kata untuk menyambut para tamu undangan dalam suatu acara, memperkenalkan diri secara formal pada suatu kelompok orang, memimpin doa bersama, dan banyak lagi.
Kenyataannya, kebanyakan orang pasti sudah pernah berbicara di depan banyak orang dalam situasi yang lebih santai bersama teman-teman dan keluarga. Entah itu sekedar ngobrol ngalor ngidul, bersenda gurau, bertukar pikiran, dll. Namun begitu diminta untuk berbicara secara formal di depan orang banyak, rasanya sulit.Â
Belum apa-apa sudah keringat dingin dan gemetaran, mendadak sakit perut sehingga bolak-balik ke belakang, mendadak tidak tahu hendak bicara apa, dst. Menurut beberapa sumber, ketakutan ini disebut dengan istilah glossophobia.
Mengapa hal itu terjadi? Mungkinkah karena sudah lebih dulu merasa takut? Takut ditertawakan, takut salah, takut omongan dan sikap kita memalukan, takut jadi bahan ejekan, dan entah takut apa lagi.
Yah... ketakutan-ketakutan itu memang mungkin terjadi. Tapi, so what gitu lho? Ditertawakan orang banyak? Terus kenapa?! Dianggap memalukan?
Asal jangan mempermalukan diri sendiri saja karena melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan norma-norma budaya setempat, rasanya tidak apa-apa. Orang lain boleh menertawakan kita dan itu bukan berarti dunia kita berakhir bukan?
Takut salah? Kenyataannya sepanjang hidup, tanpa berpidato di depan umum pun kita semua sudah dan masih akan banyak berbuat salah, baik disengaja maupun tidak sengaja.
Jadi mengapa mesti takut salah? Takut salah hanya membuat seseorang menjadi sulit berkembang menjadi lebih baik.