Spanduk-spanduk mulai banyak menghiasi jalanan di berbagai tempat di Indonesia. Beberapa spanduk isinya membahas hal-hal berbau iming-iming.Â
Mengapa iming-iming? Karena isi spanduk tersebut terkesan hanya untuk menarik perhatian rakyat Indonesia dengan "berusaha" menyentuh masalah rakyat secara langsung.Â
Misalnya pilih nomor sekian, maka listrik gratis, pilih nomor sekian maka gaji naik setiap tahun. Bukankah masalah negara itu bukan hanya tentang masalah sekelompok rakyat saja?Â
Sebagai pemimpin negara, seharusnya seorang presiden tidak berpihak kepada kelompok manapun karena dia akan melayani seluruh rakyat Indonesia yang beragam dari berbahai sisi.Â
Ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang perekonomiannya menengah, ada lebih dari satu kelompok agama, ada banyak suku bangsa, dst. Semuanya punya hak yang sama di negara ini.
Presiden yang juga kepala pemerintahan, juga harus mewakili Indonesia di dunia Internasional. Terbayang kan betapa banyaknya tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin negara?Â
Jadi apakah Anda akan memilih calon-calon pasangan presiden dan wakilnya berdasarkan apa yang mereka janjikan tentang suatu hal karena hal itu terasa menyentuh masalah Anda secara langsung?
Saya kira kurang bijak jika memilih pemimpin negara hanya dari sisi itu. Kita juga harus melihat dan mencermati bagaimana strategi yang akan dilakukan baik itu untuk jangka panjang maupun jangka pendek,
Ketika keamanan siber disebut-sebut oleh para cawapres dalam debat capres yang baru lalu, saya tertarik dengan pernyataan capres Prabowo.Â
Secara garis besar, menurut beliau yang harus dipersiapkan adalah sumber daya manusianya. Mempersiapkan anak bangsa untuk dapat berperan dalam hal ini, yang menguasai benar-benar ilmu pengetahuan dan teknologinya. Menurut saya ini adalah strategi jangka panjang.
Jawaban ini cukup berbeda dengan jawaban capres Anies yang menurut saya lebih menekankan pada solusi praktis untuk menyelesaikan masalah keamanan siber, di mana beliau memberikan contoh serangan virus dan hacker pada komputer dan handphone rakyat Indonesia. Beliau juga menyebutkan investasi jangka panjang cukup baik, tetapi hasilnya juga akan lama.
Setuju, dalam hal menangani suatu masalah diperlukan strategi dan perencanaan jangka panjang dan juga jangka pendek. Tidak bisa hanya salah satu.
Jika siber Indonesia sudah diserang, tentu butuh solusi praktis yang harus diimplementasikan secepatnya agar tidak memperparah keadaan.
Jika mengambil contoh yang diberikan oleh Pak Anies mengenai serangan virus dan hacker, saat ini sudah banyak anti virus untuk mencegah serangan virus.Â
Serangan hacker? Tergantung siapa dan apa yang diserang. Kalau yang diserang handphone rakyat, saya rasa rakyatnya yang harus diedukasi dalam penggunaan handphone yang benar agar tidak mudah kena hack.Â
Karena kasus serangan-serangan hacker pada handphone dan komputer perorangan di Indonesia, saya rasa masih bisa terdeteksi sebelum kejadian dan bisa dihindari jika rakyat di edukasi dengan benar.Â
Selain serangan hacker, rakyat juga harus cermat menangani serangan penipu digital. Kasus penipuan digital ini sepertinya lebih banyak daripada kasus serangan hacker.
Berbeda ketika kita berbicara tentang serangan hacker atau virus yang mengancam keamanan negara. Tentu tidak dapat disamakan dengan serangan hacker pada handphone dan komputer rakyat.
Seperti apa serangan hacker, virus, atau hal sejenisnya yang dapat mengganggu keamanan negara, atau setidaknya kericuhan dalam negeri?
Serangan siber pada lembaga-lembaga negara, lembaga-lembaga yang melayani rakyat (rumah sakit, lembaga keuangan (seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan pengelola investasi, dll), sekolah, dsj. Penanganannya tentu perlu lebih serius daripada sekadar edukasi seperti pada kasus perorangan.
Teknologi selalu berkembang, jadi memang benar sumber dayanya harus dipersiapkan untuk dapat menguasai teknologinya sehingga dapat mempertahankan negara dari serangan siber. Mencetak sumber daya yang andal memang merupakan investasi jangka panjang, tetapi ini adalah langkah yang tepat dan perlu.
Solusi praktis terhadap serangan siber atau kemungkinan serangan siber, yang diperlukan "sekarang juga" karena sudah urgent pun tetap diperlukan, tetapi tidak dengan gegabah. Jangan sampai yang terjadi adalah pemborosan karena sumber dayanya tidak siap atau sekadar trial and error tanpa pertimbangan matang.
Dalam pengalaman saya, berkutat dalam dunia teknologi informasi, saya sendiri menemui banyak contoh implementasi suatu sistem yang kurang tepat sehingga pada akhirnya sistem tersebut tidak dapat dipakai, padahal investasi yang ditanam untuk mengimplementasikan sistem tersebut tidak dapat dibilang murah. Tentu dengan kesalahan yang mengakibatkan sistem tidak terpakai ini, hasil investasinya menjadi tidak ada. Artinya buang-buang uang.
Mengapa ada kasus-kasus seperti itu?
Salah satunya adalah karena implementasi dilakukan oleh orang-orang yang tidak kompeten karena kurang pengetahuan dan kurang pengalaman. Misalnya anak-anak freshgraduate yang tidak didampingi oleh orang-orang yang lebih berpengalaman dan kompeten dalam ilmunya.
Maka, sehubungan masalah keamanan siber Indonesia, saya kira bukan cuma masalah solusi praktis yang harus dilakukan saat ini juga, tetapi perlu mempersiapkan sumber dayanya sebagai investasi jangka panjang. Regenerasi akan selalu diperlukan, apalagi dalam hal teknologi yang perkembangannya begitu cepat.
(VRGultom)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI