Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Smart Farming dengan Teknologi IOT

29 Oktober 2023   00:32 Diperbarui: 29 Oktober 2023   06:37 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: freepik.com

Ngomong-ngomong soal krisis pangan, singkong di halaman rumah kami malah tumbuh subur. Setidaknya daunnya makin hari makin rimbun. Padahal aslinya tanaman singkong itu berasal dari sayuran daun singkong yang kami beli di tukang sayur. Sekalipun lahan penanamannya tidak luas dan tidak banyak juga tangkai singkong yang kami tanam, tapi lumayan, tidak lama daunnya sudah dapat dipetik untuk diolah menjadi sayur daun singkong tumbuk makanan khas orang Batak, untuk disantap sekeluarga.

Selain daunnya, ubi kayu atau singkongnya sendiri dapat diolah macam-macam makanan seperti singkong goreng, singkong rebus, singkong Thailand, getuk, gorengan combro, ketimus, dll. Semua yang disebutkan itu, kecuali Singkong Thailand adalah jenis masakan asli orang Indonesia. Walau mungkin negara Asia lain juga ada yang punya, tetapi makanan-makanan itu sudah lekat di lidah orang Indonesia dan populer sejak puluhan tahun lalu. Mungkin lebih lama dari umur kemerdekaan Indonesia.

Singkong juga dapat disajikan seperti nasi. Di desa Lipursari (Jawa Tengah), nasi dengan bahan dasar singkong ini, dinamakan "Leye". Tepatnya, leye ini dibuat dari gaplek (singkong yang sudah diproses sedemikian rupa dan dikeringkan) kemudian dikukus seperti nasi.

Bahkan menurut beberapa sumber beras singkong ini lebih sehat dibandingkan dengan beras biasa (padi), sehingga dapat menjadi pengganti beras nasi terutama bagi penderita diabetes. Seperti kita tahu, jumlah penderita diabetes di Indonesia saat ini cukup tinggi.

Adapun kandungan daun singkong adalah sbb

  • Calories: 191
  • Protein: 1.5 grams
  • Fat: 3 grams
  • Carbs: 40 grams
  • Fiber: 2 grams
  • Vitamin C: 20% dari kebutuhan harian
  • Copper: 12% dari kebutuhan harian 
  • Thiamine: 7% dari kebutuhan harian
  • Folate: 6% dari kebutuhan harian
  • Vitamin B6: 6% dari kebutuhan harian
  • Potassium: 6% dari kebutuhan harian
  • Magnesium: 5% dari kebutuhan harian
  • Niacin: 5% dari kebutuhan harian

Singkong dapat ditanam dengan cara menanam tangkainya atau umbinya. Menurut informasi yang saya dapat, tanaman singkong dapat dipanen sekitar 7-8 bulan masa tanam. Namun saya rasa daunnya dapat dipanen sepanjang tahun. Bahkan dilansir dari climatetracker.org, singkong dapat dipanen beberapa kali setahun.

Menanam singkong kelihatannya mudah. Seperti yang kami lakukan di rumah, hanya dengan menanam tangkai sayur daun singkong yang dibeli di tukang sayur, ternyata tumbuh juga. Tetapi untuk hasil panen yang baik, yaitu singkong berkualitas tinggi, tentunya ada teknik pemeliharaannya.

Di jaman teknologi canggih saat ini, kira-kira apa peran teknologi dalam membantu petani menghasilkan singkong atau produk pertanian serta perkebunan lainnya?

Jika dulu, para petani memiliki teknik sendiri (secara traditional) untuk mengontrol kondisi tanah, pengairan, curah hujan, sinar matahari, dst, maka saat ini, semua itu sudah dapat dilakukan dengan beberapa alat yang terhubung ke Internet, sehingga data dapat dikumpulkan di suatu tempat dan dimonitor oleh para ahli, sehingga mereka dapat mengontrol pertanian atau perkebunan secara remote (jarak jauh), dan tidak lagi mengandalkan manusia yang mengontrol kondisi tanaman setiap hari.

Alat-alat yang terhubung ke Internet ini, secara umum dinamakan perangkat IOT. IOT sendiri singkatan dari Internet of Things. Terjemahan bebasnya, IOT itu adalah sebuah jaringan dimana ada perangkat-perangkat yang saling terhubung, terhubung ke cloud sehingga dapat berkomunikasi dengan jaringan perangkat lainnya dan saling bertukar data dan informasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun