Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wisata Sejarah, Wisata Paling Seru Sejagat!

21 September 2023   17:54 Diperbarui: 21 September 2023   18:08 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu kami janjian ketemu di Museum Gajah. Saya dan beberapa teman yang pernah kost bareng. Pertemuan ini adalah reuni anak kost, ala kami. Rencananya kami ingin menapak sejarah Jakarta ke masa  kami sendiri belum lahir. Kebiasaan saya mengunjungi museum di setiap kota  yang saya singgahi membuat saya cukup percaya diri mengajak teman-teman mencoba wisata ini. Beruntung ada dua orang yang menyambut baik ajakan saya. Jadilah kami janjian di titik pertama, yaitu Museum Nasional atau yang juga dikenal dengan nama museum Gajah.

Museum Nasional 

Ini adalah kali pertama saya masuk ke museum ini. Museum yang terlihat cukup modern, luas, dan rapih.  Dari sini kami menyusuri peradaban Indonesia dari masa lalu dengan melihat dan membaca mengenai benda-benda kuno, prasasti, arca, dan barang-barang kerajinan. Benda-benda itu berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Cukup menarik, karena kami jadi tahu perkembangan Indonesia dari benda-benda yang dipamerkan. Selain itu srsitektur gedungnya juga menarik.

***

Museum Bahari

Dari museum gajah, kami mencoba bis gratis wisata Jakarta sampai Istiqlal, dan kemudian naik busway ke arah Kota. Dari terminal busway Jakarta Kota, kami berjalan kaki menuju ke Museum Bahari, biar berasa turis. Namun sesampainya di sana museum baru saja tutup. Untung petugas mengijinkan kami masuk untuk melihat-lihat sebentar.

Suasana di dalam terasa berbeda dibandingkan terakhir kali saya ke sana beberapa tahun sebelumnya. Beberapa perahu besar yang dulu dipamerkan di ruang pamer, tidak terlihat lagi. Ternyata menurut petugas, museum itu baru saja mengalami kebakaran beberapa bulan sebelumnya.

Sayang sekali, padahal dari museum ini kita bisa tahu kisah kemaritiman Indonesia di masa lalu. Benda-benda didalam museum ini juga banyak bercerita tentang masa penjajahan dan tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Gedung museum itu sendiri, pada jaman Belanda, adalah tempat menyimpan hasil bumi Indonesia, seperti rempah-rempah, yang menjadi barang dagangan  VOC. Batavia (Jakarta tempo doeloe) sendiri sempat ibu kota VOC pada masa itu. Kemudian setelah Jepang masuk, tempat itu menjadi tempat penyimpanan senjata.

Dan masih banyak kisah menarik, yang nyata dialami para pendahulu kita, yang dapat digali dari museum ini.

Museum Bahari | dokpri
Museum Bahari | dokpri

Galangan Kapal VOC

Selesai dari Museum Bahari, kami berjalan kaki melewati jalur yang berbeda. Kali ini kami melewati Jl. Kakap, dimana terdapat sebuah gedung dengan nama "Galangan Kapal". Menurut teman saya, itu adalah restoran. Saat kami melewati gedung tersebut, suasananya nampak kurang terawat. Namun cukup membuat bertanya-tanya, gedung apakah sebenarnya yang dinamai galangan kapal ini? Apakah ada hubungannya dengan museum Bahari atau adakah kaitannya dengan sejarah, mengingat lokasinya dekat dengan museum Bahari, Kota Tua, dan Pelabuhan Sunda Kelapa, yang cukup bersejarah.

Ternyata memang benar, gedung galangan kapal VOC ini menyimpan sejarah jaman Belanda, ketika Jakarta masih bernama Batavia. Bangunan yang dibangun pada tahun 1628 itu pernah menjadi kantor pusat kegiatan perusahaan dagang Hindia Belanda (VOC), yang di kemudian hari menjadi gudang barang keperluan galangan kapal di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. Dan lama-lama, bangunan ini pun menjadi galangan kapal kecil-kecil yang tak tertampung di Pulau Onrust (kompas.com)

Galangan Kapal VOC | Dokpri
Galangan Kapal VOC | Dokpri

Menara SyahBandar

Masih lanjut berjalan, kami pun melihat Menara SyahBandar. Bangunan yang membuat kami googling mencari tahu, berhubung tidak ada tour guide yang bisa ditanya, cerita apakah di balik Menara yang dinamakan Menara SyahBandar itu? Ternyata tempat ini merupakan museum juga. Namun berhubung hari sudah menjelang sore, museum sudah tutup. Jadilah kami hanya melihat-lihat dari luar saja.

Rupanya Menara ini tadinya adalah titik nol Jakarta, yang berfungsi sebagai Menara pandang, yang keberadaannya sangat menentukan keluar masuk kapal di gerbang kota Batavia.

Di masa ini, menaranya terlihat miring. Diperkirakan itu adalah efek dari jalanan di sekitarnya yang sering dilalui angkutan truk berbeban berat.

Tidak jauh berjalan dari Menara SyahBandar, kami menemukan sebuah tugu dengan jangkar kapal, dimana area sekitarnya terlihat tenang dan lumayan bersih.

dokpri
dokpri

Jembatan Kota Intan

Lanjut berjalan kaki yang ternyata menjadi perjalanan penuh makna itu, kami menemukan lagi spot sejarah yang bernama jembatan Kota Intan. Jembatan apakah itu? Apa mungkin dulunya Jakarta adalah kota Intan?

Rupanya nama jembatan ini telah berubah beberapa kali, dari awalnya bernama Engelse Burg atau Jembatan Inggris ketika dibangun pada tahun 1628. Pada saat itu terdapat kubu pasukan Inggris di sebelah Timur jembatan. Tahun 1628-1629,jembatan ini pernah rusak karena penyerangan pasukan Banten dan Mataram, kemudian dibangun kembali oleh VOC Belanda pada tahun 1630, dan dinamakan jembatan Pasar Ayam atau Hoenderpasarburg, karena di seberang jembatan terdapat pasar ayam bagi penduduk Batavia. Selain pernah mendapat serangan pasukan Mataram dan Banten, rupanya jembatan ini juga pernah diserang banjir hingga mengalami kerusakan. Wah, berarti banjir Jakarta sudah ada dari jaman dulu ya.

Nama jembatan ini masih terus berganti seiring jaman,hingga akhirnya berubah nama menjadi jembatan Kota Intan setelah Proklamasi Kemerdekaan, disesuaikan dengan lokasinya. Ternyata, pada masa awal pembangunannya, jembatan ini terletak persis di ujung kubu/bastion Diamon dari kastil Batavia. Diamon diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Intan. Itulah mengapa namanya menjadi jembatan kota Intan. Jembatan ini merupakan jembatan gantung seperti kebanyakan jembatan-jembatan besar di negeri Belanda.

Jembatan Kota Intan | dokpri
Jembatan Kota Intan | dokpri

***

Wow, ternyata masih ada beberapa nama yang belum kami kunjungi di area tersebut. Kubu Diamon, kastil Batavia, dan mungkin masih ada yang lain.

Di area Kota Tua sendiri, ada beberapa museum lagi, seperti museum Wayang, museum BI, dan pasti ada kisah menarik seputar bangunan kota tua.

Kesimpulan, kalau ingin tahu kisah kota Jakarta, jangan main ke mall. Pergilah ke area Kota Tua, telusuri area itu dengan berjalan kaki, kalau ada tour guide lebih baik lagi, agar dapat berkunjung ke semua spot yang ada di area itu, Termasuk pelabuhan Sunda Kelapa yang sering disebut-sebut teman-teman fotographer sebagai tempat yang bagus. Betul banget, hanya saja tempatnya sepi, jadi kalau kesana, jangan pergi sendirian.

Saat memutuskan ke Museum Bahari, sebenarnya kami tidak berharap menemukan spot-spot sejarah yang diceritakan di atas, kami hanya berniat berjalan kaki kembali ke Kota Tua setelah mengunjungi Museum Bahari. Ternyata...banyak kisah sejarah yang berharga yang kami dapat. Area ini mirip area bersejarah di Manila, Intramuros dan mungkin kota Tua Semarang. Tapi rasanya spot-spot bersejarah di area kota Jakarta ini, bersama kisahnya, lebih menarik daripada keduanya.

Next time, yu jalan kaki seru dari kota Tua ke arah Paser Baroe!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun