Lanjut berjalan kaki yang ternyata menjadi perjalanan penuh makna itu, kami menemukan lagi spot sejarah yang bernama jembatan Kota Intan. Jembatan apakah itu? Apa mungkin dulunya Jakarta adalah kota Intan?
Rupanya nama jembatan ini telah berubah beberapa kali, dari awalnya bernama Engelse Burg atau Jembatan Inggris ketika dibangun pada tahun 1628. Pada saat itu terdapat kubu pasukan Inggris di sebelah Timur jembatan. Tahun 1628-1629,jembatan ini pernah rusak karena penyerangan pasukan Banten dan Mataram, kemudian dibangun kembali oleh VOC Belanda pada tahun 1630, dan dinamakan jembatan Pasar Ayam atau Hoenderpasarburg, karena di seberang jembatan terdapat pasar ayam bagi penduduk Batavia. Selain pernah mendapat serangan pasukan Mataram dan Banten, rupanya jembatan ini juga pernah diserang banjir hingga mengalami kerusakan. Wah, berarti banjir Jakarta sudah ada dari jaman dulu ya.
Nama jembatan ini masih terus berganti seiring jaman,hingga akhirnya berubah nama menjadi jembatan Kota Intan setelah Proklamasi Kemerdekaan, disesuaikan dengan lokasinya. Ternyata, pada masa awal pembangunannya, jembatan ini terletak persis di ujung kubu/bastion Diamon dari kastil Batavia. Diamon diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Intan. Itulah mengapa namanya menjadi jembatan kota Intan. Jembatan ini merupakan jembatan gantung seperti kebanyakan jembatan-jembatan besar di negeri Belanda.
***
Wow, ternyata masih ada beberapa nama yang belum kami kunjungi di area tersebut. Kubu Diamon, kastil Batavia, dan mungkin masih ada yang lain.
Di area Kota Tua sendiri, ada beberapa museum lagi, seperti museum Wayang, museum BI, dan pasti ada kisah menarik seputar bangunan kota tua.
Kesimpulan, kalau ingin tahu kisah kota Jakarta, jangan main ke mall. Pergilah ke area Kota Tua, telusuri area itu dengan berjalan kaki, kalau ada tour guide lebih baik lagi, agar dapat berkunjung ke semua spot yang ada di area itu, Termasuk pelabuhan Sunda Kelapa yang sering disebut-sebut teman-teman fotographer sebagai tempat yang bagus. Betul banget, hanya saja tempatnya sepi, jadi kalau kesana, jangan pergi sendirian.
Saat memutuskan ke Museum Bahari, sebenarnya kami tidak berharap menemukan spot-spot sejarah yang diceritakan di atas, kami hanya berniat berjalan kaki kembali ke Kota Tua setelah mengunjungi Museum Bahari. Ternyata...banyak kisah sejarah yang berharga yang kami dapat. Area ini mirip area bersejarah di Manila, Intramuros dan mungkin kota Tua Semarang. Tapi rasanya spot-spot bersejarah di area kota Jakarta ini, bersama kisahnya, lebih menarik daripada keduanya.
Next time, yu jalan kaki seru dari kota Tua ke arah Paser Baroe!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H