Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Konsultan - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler | Teknologi untuk semua orang, maka semua orang perlu melek teknologi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Background Check Medsos Wajar, Tetapi Harus Ada Aturan Mainnya

15 September 2023   15:01 Diperbarui: 16 September 2023   02:36 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang satu bekerja untuk memasarkan produk kendaraan merk A, sementara pasangannya memiliki usaha sendiri memasarkan produk kendaraan yang sama hanya beda merk. Karena bertentangan dengan peraturan perusahaan, maka sang karyawan diminta memilih, resign atau pindah posisi. Hal ini untuk menghindari conflict interest.

***

Dan masih banyak lagi insight yang dapat diambil dari media sosial seseorang, terlepas dari apakah isi media sosialnya merupakan versi digital dari kehidupan sebenarnya atau bukan. 

Saya rasa media sosial seseorang dapat dipakai untuk mempelajari kehidupan pribadi seseorang, namun rasanya tidak adil jika keputusan menerima atau menolak pelamar kerja hanya berdasarkan isi media sosial semata. Setidaknya harus ada guideline yang tepat dan sesuai dalam melakukan background check melalui media sosial.

Background Check Dibantu AI?

Bagaimana pula seharusnya recruiter, HRD, atau pihak-pihak yang berkepentingan memeriksa media sosial kandidat? Apakah mereka cukup membaca beberapa postingan, melihat foto-foto yang baru diposting, melihat daftar teman, dll? Ini pun tentu harus ada metodanya. 

Melihat status-status lainnya, seperti tanggal lahir, status pernikahan, jumlah teman, daftar check-in, dll, apakah cukup? Balik lagi tergantung tujuan mereka apa, apakah hanya mengkonfirmasi status pernikahan, tanggal lahir, dsj? Jika ingin mempelajari lebih lanjut tentang kepribadian seseorang tentunya tidak cukup hanya itu saja. 

Setidaknya mereka harus mengumpulkan lebih banyak informasi untuk mempelajari pola perilaku (behavior pattern) seseorang. Mungkin pekerjaan ini bisa dibantu teknologi Artificial Intelligence yang membaca data beberapa tahun ke belakang dari berbagai media digital (bukan hanya medsos),  mempelajari polanya, mengenali mana postingan asli dan mana yang postingan palsu akibat virus atau hacker.

Tentunya proses pembacaan harus legal. Bukan dengan cara meng-hack media sosial kandidat kemudian melakukan pemantauan dan tidak juga dengan cara meminta user id dan password pemilik akun.   Yang dapat dibaca hanyalah informasi yang "terbuka" saja. 

Terbuka dalam arti bebas diakses oleh siapapun. Kadang ada orang-orang  yang membatasi akses media sosialnya hanya untuk orang-orang tertentu saja, tetapi lingkaran pertemanannya di media sosial yang sama belum tentu melakukan hal yang sama. 

Bisa saja mereka memasang foto rame-rame, memberi caption yang menyebut nama kita  walau tanpa tag, dan menceritakan peristiwa dalam foto, yang dapat dibaca orang lain alias terbuka ke publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun