Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Administrasi - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler Teknologi untuk semua orang, karena semua orang perlu melek teknologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ke Mana pun Pergi, Garuda di Dadaku!

18 Agustus 2023   23:14 Diperbarui: 19 Agustus 2023   13:26 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tgl 17 kita ke Nusa Penida! Horeee! Waktunya buang stress!

Eh...bawa bendera ya, 17 Agustus kan hari kemerdekaan!

Setelah perdebatan tak serius diantara para peserta yang akan mengisi liburan kemerdekaan dengan menjelah Nusa Penida 3 hari dua malam, akhirnya satu orang menyanggupi untuk membawa bendera Merah Putih kebanggaan Indonesia. Perdebatan tak serius karena tidak semua orang "ngeh", ngapain bawa bendera segala?! Bukannya kita mau snorkeling melihat-lihat keindahan isi laut di bawah sana?! Emangnya mau mengibarkan bendera sambil snorkeling? Mengibarkan bendera itu kalau ke gunung! Begitu kira-kira pendapat beberapa  teman yang tak terpikir untuk apa membawa bendera dalam trip suka-suka, kali ini.

Ini adalah kali pertama kami semua menuju Nusa Penida di Bali. Kami semua sudah pernah ke Bali namun baru kali ini akan benar-benar menikmati alam dengan menjelajah Nusa Penida, full   3 hari 2 malam. Trip pertama kali ke tempat ini. Kami tidak ingin direpotkan dengan membuat itinerary sendiri, cari guide sendiri, booking hotel sendiri, dan tetek bengek lainnya. Karena  merencanakan perjalanan beramai-ramai adalah sesuatu yang makan waktu. Maka kami mendaftar dalam sebuah open trip dimana peserta maksimal hanya berjumlah 10 orang. 

Nah kan jumlah kelompok  kami  sendiri sudah lima orang. Dan ternyata hanya ada tiga tambahan peserta lain, total jadi 8 orang peserta. Lumayan nambah teman baru tiga orang.

Tibalah hari H dan kami tiba di Bali sekitar jam 7 pagi waktu Bali, pada tanggal 17 Agustus. Kami harus menyeberang laut menggunakan ferry menuju Nusa Penida, sebuah pulau di kepulauan Bali. Terlihat lebih banyak orang asing dalam ferry. Mungkin tidak banyak orang Indonesia yang bepergian di hari kemerdekaan ini. Entah karena sibuk menjadi panitia 17an di wilayahnya, atau mengikuti keramaian 17an di wilayah masing-masing. Mudah-mudahan begitu. Ikut meramaikan acara 17an karena cinta Indonesia.  

Tetapi  tentu bukan berarti kami yang tidak tinggal memilih merayakan hari kemerdekaan bersama para tetangga di lingkungan tidak punya rasa cinta terhadap negara.

Sampai di Nusa Penida, kami menuju penginapan yang sudah di-booking oleh penyelenggara open trip. Setelah itu, kami melanjutkan mengexplore Nusa Penida. Ternyata jalannya menanjak juga, arah ke atas. Sama saja dengan naik gunung bukan? Sesampainya di titik pertama, kami harus berjalan kaki menanjak melewati perbukitan menuju sebuah pantai yang biasa disebut Diamond Beach. Dari kejauhan tebing-tebing di sisi pantai memang terlihat seperti irisan permata, sesuai dengan sebutannya. Untuk menuju pantai, harus turun melewati ratusan anak tangga yang curam. 

Perlu nyali untuk dapat sampai ke bawah karena tangga yang tidak dibangun dengan baik, hanya berupa tangga darurat dari tanah yang di sisinya diberi tali tambang untuk pegangan. Perlu perjuangan, walau tak seberapa jika dibandingkan dengan perjuangan para pahlawan yang rela mengorbankan nyawa demi kemerdekaan Indonesia.

Selesai menikmati pantai di bawah sana, kami semua naik lagi, beristirahat sebentar, dan kemudian berinisiatif untuk berkumpul menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam posisi menghormat bendera yang dipegang oleh tour guide kami. 

Lagu yang kalau diresapi kata per katanya, merupakan sebuah janji untuk mengawal tanah air Indonesia. Pandu dalam KBBI berarti penunjuk jalan. Berarti kemana Indonesia akan dibawa adalah tergantung kita semua. Jadi teringat seorang kenalan yang ketika pertama kali merantau jauh ke luar negeri, di perantauan setiap hari dia memutar lagu Indonesia raya. Saat itu saya tertawa mendengarnya. Namun kalau kita resapi syair lagu Indonesia Raya, sungguh dalam rasa yang ditimbulkannya.

menyanyikan lagu Indonesia Raya (dokpri)
menyanyikan lagu Indonesia Raya (dokpri)

Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.

Hiduplah tanahku,
Hiduplah negeriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya

Mungkin saat kita ada di Indonesia, ada banyak keluhan akibat ketidak puasan terhadap pemerintah, bahkan banyak yang pesimis tentang Indonesia, ada juga kelompok-kelompok yang ingin memecah belah, ada kelompok-kelompok yang ingin mengarahkan Indonesia ke arah keinginan kelompok mereka sendiri,dst. Namun coba resapi lagu kebangsaan Indonesia. Ada janji untuk menjadi yang terbaik agar dapat menjadi "pandu", ada harapan supaya Indonesia selalu hidup dan berkembang. 

Pandu artinya penunjuk arah. Maka jika kita berani menyanyikan lagu Indonesia Raya, maka kita seharusnya sadar bahwa kemerdekaan Indonesia adalah tanggung jawab kita semua. Tanggung jawab untuk menjadi penunjuk arah bagi generasi selanjutnya. Jangan sampai Indonesia berjalan ke arah yang salah karena ketidak pedulian rakyatnya.

Beberapa bule yang memperhatikan kami, pada akhirnya menyapa kami dan mengucapkan selamat hari kemerdekaan. Rupanya mereka memperhatikan juga. Dan ternyata ada beberapa kelompok lain yang berpapasan dengan mereka dijalan, membawa bendera Merah Putih juga.

Meski sambil jalan-jalan, kami tetap melaksanakan upacara dengan cara kami sendiri, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan khidmat sambil mengibarkan bendera Merah Putih, meski benderanya harus dipegang sendiri. Jauh lebih baik daripada seorang teman yang tinggal di luar negeri, dia mengupload fotonya di medsos ketika ikut upacara secara online dari kantornya. Seorang diri saja di kubikalnya, berdiri berdiri menghormat bendera di layar.  Namun semangatnya patut diacungi jempol.

Yang jelas, dimanapun berada, kemanapun kita pergi, garuda di dadaku! Dirgahayu Indonesia. Jayalah selalu!

Biodata Penulis:

Veronika Rotua Gultom

Menjelajah Untuk membuka pikiran dan memperluas dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun