Keesokan paginya saat sarapan, Rani sudah terlihat lebih tenang. Dia bercerita bahwa semalaman dia berdoa supaya bisa balik lagi dengan pacarnya yang semalam memutuskan hubungan secara sepihak. What?!! Waduh, jangan-jangan Tuhan jadi bingung, doa siapa yang harus dikabulkan!
Waktu berlalu, saya pun pindah dari kost itu. Rani sudah lebih dulu pulang ke rumahnya. Pada akhirnya karena kesibukan masing-masing, kami lost contact.
Hari ini, sekian tahun kemudian, tidak sengaja saya bertemu lagi dengan Rani. Rok mini yang terlalu pendek dan atasan yang terlalu terbuka di bagian-bagian yang tidak semestinya, memperlihatkan bentuk tubuh yang cukup berisi, membuat penampilannya menjadi perhatian. Gaya berpakaian yang tidak praktis untuk angkutan umum. Itulah Rani yang masih sama seperti dulu.Â
Menurut ceritanya saat ini dia bekerja di sebuah diskotik dan sudah memiliki seorang anak, tetapi tidak menikah. Tetapi saya tidak lagi merasa risih berdekatan dengan dia dalam bis itu meski gaya berpakaiannya bisa membuat orang yang melihat salah sangka.
Kisah Rani hanya salah satu gambaran anak Jakarta, yang kebetulan saya temui ketika baru pertama kali meniti hidup di Jakarta, dan sempat membuat saya berpikir, "Ini toh Jakarta!". Â
Apa yang saya baca di novel-novel dulu, ternyata benar adanya! Kirain cuma cerita fiksi!
Tetapi di kemudian hari ada banyak kisah yang saya temui dan dengar selama hidup di Jakarta. Ada banyak gambaran "anak Jakarta" yang saya temui. Ada yang buruk, ada yang baik menurut penilaian lingkungan dan budaya.Â
Ada yang terlalu cuek dan tidak peduli orang lain, tapi banyak juga yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tanpa harus sok kekota-kotaan atau sok kedesa-desaan. Gotong royong, kepedulian, saling bantu, masih saya temui di lingkaran pertemanan saya.
Saya pernah aktif di beberapa komunitas, pernah juga jadi anak nongkrong walau cuma di caf, pernah jadi anak kost di beberapa tempat bersama dengan orang-orang berlatar belakang macam-macam, pernah ikut berbaur (sebagai relawan) dengan anak jalanan.Â
Semuanya membuat mata terbuka. Ternyata ada banyak sisi kehidupan orang Jakarta. Dan semuanya perlu dimanusiakan, bukan di demo atas dasar salah atau benar.