Siswa SMA sudah tahu mana biaya yang wajar, mahal, atau terlalu mahal. Namun, secara keuangan mereka masih tergantung orang tua. Sementara mahasiswa, selain sudah dapat membedakan antara wajar, mahal, dan kemahalan, sudah berani protes sendiri tanpa melibatkan orang tua meskipun mayoritas mereka pun masih tergantung pada orang tua secara keuangan.
Kalau siswa TK, SD, dan SMP?? Sudah jelas orang tua yang langsung turun tangan. Anak-anak itu belum dapat membedakan mana jumlah yang wajar, mahal, atau terlalu mahal untuk suatu acara wisuda atau kelulusan siswa. Yang mereka tahu adalah ikut arahan bapak/ibu guru saja. Jadi jelas di level itu, orang tua benar-benar harus dilibatkan untuk menentukan biaya kelulusan siswa entah itu perpisahan, wisudaan, karya wisata, dll.Â
Pihak sekolah tidak bisa seenaknya memungut uang dari orang tua murid tanpa kesepakatan bersama. Itupun seharusnya ada laporan pertanggungjawaban penggunaan uang yang dipungut dari orang tua murid. Sebaliknya orang tua pun sebaiknya berani buka mulut mempertanyakan biaya-biaya tambahan dalam bidang pendidikan ini jika dirasa memberatkan.
Untuk sekolah yang mayoritas muridnya dari kalangan ekonomi biasa-biasa saja, sebaiknya tidak perlu ikut-ikutan budaya wisuda sekolah kalau belum di jenjang universitas, jika dirasa akan memberatkan para orang tua murid.
Wisuda perguruan tinggi saja tidak wajib, apalagi wisuda sekolahan anak. (VRGultom)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H