Begitulah, tanpa kata tanpa bicara alam menyembuhkan  jiwa yang lelah. Gak perlu pake curhat-curhatan segala, semua beban di pundak seolah menjadi ringan. Apalagi bertemu saudara sebangsa setanah air di puncak gunung di pagi buta. Gak perlu pake kenalan dulu, tetap asyik menikmati kopi rame-rame di puncak bukit. Makin berasa bahwa torang samua basudara walaupu gak kenal!
Selesai menikmati matahari terbit, kami turun dengan suasana hati dan semangat yang baru. Menyusuri bukit menikmati keindahan alam. Mampir ke telaga warna, dan tembus jalan ke candi Dieng. Suasana tidak ramai bahkan cenderung sepi karena kemudian hujan rintik-rintik. Namun alam telah menguatkan kami hingga kamipun tetap menikmati perjalanan itu.
Siang hari kami pun bersiap untuk pulang ke Jogja dengan sejumlah rencana rute perjalanan antara Dieng dan Jogjakarta. Mampir ke Borobudur, candi kebanggaan Indonesia yang tidak pernah membosankan untuk dikunjungi meski sudah berulang kali kesitu.Â
Sempat mampir juga ke Merapi. Sayangnya sudah kemalaman, maka kami hanya singgah di pos pengamatan Merapi Babadan, yang berada 4.4 km dari puncak Merapi.
Sampai di Jogja, besoknya kami keliling Jogja mengunjungi spot-spot turis. Kami juga turis loh. Turis domestik yang lebih suka liburan di Indonesia aja. Fix, ini bukan liburan yang salah tempat. Indonesia memang top markotop. Mulai dari wisata alamnya, wisata sejarah, kuliner, dll. Sumpah, bangga berwisata di Indonesia!
 Sesi bertukar cerita alias curhat-curhatan pun terlupakan begitu saja. Semua isi hati sudah dicurhatkan kepada alam dalam keheningan hati. Biarkan alam menyembuhkan hati yang luka, jiwa yang lelah, serta raga yang berat menanggung beban hidup.
Tapi jangan melampiaskan emosi membabi buta kepada alam dengan cara merusaknya ya!! Jaga Indonesia tetap wonderful!
(VRGultom)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H