Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Wanita, Emosi dan Logika, Serta Kepercayaan Diri

23 April 2023   23:52 Diperbarui: 24 April 2023   15:04 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi wanita cerdas | www.fedhealth.co.za

Perempuan juga berhak membangun karir di luar rumah baik atas keinginan sendiri maupun karena "terpaksa". Terpaksa ini mungkin saja karena suami atau orang tua sakit sehingga tidak ada lagi yang dapat mencari nafkah, sementara hidup butuh biaya. Atau bisa juga karena bercerai. Intinya karena harus menghidupi rumah tangga, baik itu untuk diri sendiri atau untuk seluruh anggota rumah tangga. 

Dan resiko seorang perempuan terkondisikan sebagai pencari nafkah itu pasti ada. Maka jelas sebenarnya perempuan juga perlu berpendidikan karena resiko untuk menjadi pencari nafkah itu bisa dikatakan sama dengan lelaki. Selain untuk mencari nafkah, wanita juga punya hak yang sama untuk mengembangkan diri dengan cara yang dia sukai. Kalau yang disukai itu adalah menjadi full time ibu rumah tangga tentu tidak salah, begitu pun jika dia memilih untuk menjadi wanita karir.

Jenis Pekerjaan yang Digeluti Wanita

Kalau dulu jenis-jenis pekerjaan yang dapat dilakukan perempuan untuk mencari nafkah tidak banyak dan tidak jauh-jauh dari urusan dapur dan mengurus rumah tangga. Misalnya menjadi pembantu rumah tangga, pedagang makanan hasil masakan sendiri, penjahit pakaian, penenun kain, pengolah hasil tani (penumbuk padi, penjual sayur hasil kebun), dll. Itu pun dilakukan tidak secara professional  dan sering dianggap sekedar "membantu" mencari tambahan untuk dapur.

Kini dengan kesadaran bahwa perempuan juga perlu berpendidikan tinggi, jenis-jenis pekerjaan yang dapat digeluti wanita pun menjadi sama beragamnya dengan pria. Ada yang menjadi pebisnis, ahli IT, penulis, presiden, menteri, pengajar, dan ahli-ahli lainnya. Dan tidak sedikit dari para wanita yang berhasil dalam karirnya. Berhasil dalam arti cukup diperhitungkan dalam bidang yang digeluti.

Jadi Apakah Emosi Tetap Lebih Dikedepankan oleh Para Kartini Indonesia Zaman Now? 

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada waktu-waktu tertentu dimana emosi lebih bermain pada wanita. Namun selebihnya tergantung kepada kepribadian dan kemampuan masing-masing dalam mengelola emosinya. Tentunya jika wanita hanya dan selalu mengedepankan emosi tanpa logika, bisa dipastikan dia tidak akan mudah diterima dalam lingkungan pekerjaannya dan tidak akan bertahan lama dalam pekerjaannya di luar rumah. Karena dunia pekerjaan jaman now yang digeluti kaum wanita bersama-sama dengan kaum pria juga punya batas toleransi dalam mengerti  dan menerima emosi wanita. 

Jangankan di lingkungan pekerjaan dimana (mestinya) sudah ada kesetaraan antara pria dan wanita, di lingkungan rumah pun, wanita yang lebih menonjolkan emosi negatif tidak akan membuat keluarga damai sejahtera, kecuali orang serumah panjang sabar dan penuh pengertian. 

Saya rasa makin kesini, para wanita Indonesia juga sudah dapat mengelola emosi dengan baik dan juga menggunakan logika pada tempatnya.  

Konon makin tinggi IQ seseorang makin tinggi kemampuan berempati terhadap orang lain.

Anak-anak yang sangat cerdas cenderung untuk mengembangkan tingkat keterampilan empati yang lebih tinggi karena mereka lebih peka  terhadap isyarat emosional orang lain dan juga lebih mampu memahami pemikiran dan perasaan orang lain (Hay, Gross, Hoekman, & Rogers, 2007; Lovecky, 2009).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun