Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Administrasi - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler Teknologi untuk semua orang, maka semua orang perlu melek teknologi

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Pakai Jasa Influencer atau Gunakan Teknologi AI?

9 April 2023   23:44 Diperbarui: 29 April 2023   20:32 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi influencer (Pexels/ Anna Nekrashevich)

Dapatkah tingkat keberhasilan jasa influencer untuk "mengangkat" suatu brand dari yang tadinya tidak terkenal menjadi terkenal diukur? Jika ya, berdasarkan apakah mengukurnya? Apakah dari tingkat ketenaran sang influencer, banyaknya follower media sosial mereka, atau portfolio keberhasilan pekerjaan mereka sebelum-sebelumnya?

Saya tidak terlalu suka "berteman" dengan orang yang tidak saya kenal sekalipun itu hanya di medsos, maka biasanya, jika ada orang yang tak saya kenal meminta pertemanan dengan saya di medsos, akan  saya chat dulu untuk sekedar berkenalan.

Ada satu orang yang akhirnya saya follow karena responnya cukup baik ketika saya ajak berkenalan, dan kebetulan selain saudara sebangsa dan setanah air, juga sesuku!  :D

Teman ini selalu rajin me-like setiap postingan saya. Dan suatu hari dia mengirimkan direct message, meminta untuk dipromosikan kepada teman-teman saya. Maka saya tanya, "Memangnya pekerjaanmu apa?" Karena sejujurnya saya bingung apa yang harus saya promosikan. Mungkin saya kuper dalam hal ini he..he..he.. tetapi bolak-balik saya cari tahu tentang dia, dia adalah seorang blogger. Tetapi itu juga tulisan terakhirnya sudah lama sekali dan lebih banyak menulis tentang hal pribadi.  

Dan dia tidak menjawab pertanyaan saya sampai sekarang. Kalau dilihat, followernya ada ribuan, dan setiap postingan dia selalu mendapat ratusan "like". Karena saya pikir orang ini cuma sekedar mengumpulkan follower, minat saya menjadi berkurang. Buat apa juga berteman dengan orang yang tidak kita kenal dan tidak ingin dikenal. 

Baru-baru ini saya intip lagi medsosnya, gara-gara topik pilihan Kompasiana tentang influencer. Entah dulu saya tidak memperhatikan entah memang baru diganti keterangan profilenya, kali ini saya melihat kalimat: Untuk endorse silahkan hubungi nomor sekian. Oh kemungkinan besar dia influencer.

sumber: https://www.verdict.co.uk/
sumber: https://www.verdict.co.uk/

Lain waktu ada lagi seseorang yang follow saya, saudara sebangsa setanah air juga. Saya DM, mengajak berkenalan dan beberapa pertanyaan dasar layaknya orang baru berkenalan. Eh jawabnya, "Memangnya kenapa ya?" Saya jadi bingung, maka saya jawab lagi, "Mba follow saya kan? Boleh perkenalkan diri dulu, biar enak". Dan dia tidak pernah menjawab. 

Maka saya remove dia sebagai follower saya. Kalau dilihat, followernya juga ribuan orang. Berarti kemungkinan "pengumpul" follower juga kali ya :D

Kalau influencer untuk suatu bisnis adalah artis terkenal yang sedang naik daun dan belum ada tanda-tanda akan turun daun dalam waktu dekat, mungkin lebih bisa diandalkan sebagai influencer, brand ambassador, atau yang sejenisnya. Tapi kalau yang tidak dikenal, ya musti ada jaminan dulu dong mengenai persentase keberhasilannya. Jaminan ini bisa berupa portfolio hasil kerja sebelum-sebelumnya, video-video yang membuat brand yang dia bawa naik daun dan menjadi terkenal, atau hal terkait lainnya. Kalau cuma sekedar follower banyak, rasanya tidak bisa menjadi jaminan bahwa brand yang dia bawa akan menjadi terkenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun