Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ngabuburit Bersama Komik Silat dan Membaca Gratis Seharian di Gramedia

2 April 2023   22:00 Diperbarui: 2 April 2023   22:04 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi komik Si Buta Dari Gua Hantu | sumber: Instagram/Timo Tjahjanto via kompas.com

Ngabuburit. Entah aslinya bahasa apa. Yang saya tahu itu bahasa Sunda, yang artinya bersantai-santai menunggu waktu buka puasa. Kata itu ternyata sekarang dipakai juga oleh banyak orang di daerah lain, seperti di Jakarta.

Jaman gini, emang masih ada kegiatan ngabuburit? Tentunya ada, buat anak-anak sekolah yang belum bekerja dan punya banyak waktu luang. Sambil menunggu buka puasa, daripada tiduran saja di rumah, lebih baik ngabuburit melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna. Misalnya pergi ke perpustakaan membaca buku.

Itulah cara ngabuburit jaman saya kecil dulu. Walau saya tidak ikut puasa, tetapi karena teman-teman yang biasa bermain bersama berpuasa, maka saya ikut ngabuburit bersama mereka. Hal yang paling sering kami lakukan adalah pergi ke taman bacaan terdekat untuk menyewa buku dan membacanya bergantian. Buku yang paling laku dibaca adalah  serial komik silat yang berjilid-jilid. Habis baca jilid satu, tidak sabar untuk membaca jilid dua, jilid tiga dan seterusnya. Jaman itu, buku komiknya asli komik Indonesia. Ceritanya pun seru.

Berhubung waktu itu uang saku rata-rata tiap anak sangat terbatas, maka kami menyewanya bergantian. Kalau sudah membaca komik silat, panggilan orang tua untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah pun bisa lewat. Ternyata komik silat ini bisa jadi candu. Karena sudah membaca jilid-jilid sebelumnya, maka akan penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Maka setelah bulan Ramadan berlalu pun, kegiatan membaca komik akan berlanjut. Berikut beberapa judul komik jadul yang masih saya ingat:

  • Si Buta Dari Gua Hantu
  • Jaka Sembung
  • Pendekar Buta
  • Pendekar Sakti
  • Dewi Ular
  • dan masih banyak lagi

Selain menyewa buku di taman bacaan terdekat, kami juga bisa berjalan kaki menuju toko buku Gramedia untuk membaca gratis he..he..he...

Padahal untuk ukuran anak SD jaman sekarang, jarak dari tempat tinggal kami ke toko buku Gramedia itu cukup jauh, dan harus menyebrang jalan yang cukup lebar dan ramai. Tapi kami tahu caranya menyebrang jalan yang "aman". Semua anak saling bergandengan, dan biasanya yang tertua berjalan paling pinggir, mengawasi kendaraan yang datang dan memimpin menyebrang jalan. Kalau menyebrang ramai-ramai seperti itu, biasanya kendaraan pun akan berhenti memberi kesempatan anak-anak untuk menyebrang. Jadi kami dapat menyebrang jalan dengan aman. Pulang dan pergi, kami bisa menemukan jalan yang baru, yang sebelumnya belum pernah kami lalui. Dan kami selalu kembali ke rumah dengan aman.

Jaman itu, ada banyak orang dewasa yang juga (nampaknya) membaca gratis, maka anak-anak kecil pun tidak sungkan untuk membaca berjam-jam di Gramedia, seolah di perpustakaan. Waktu itu buku-buku di Gramedia belum dibungkus plastik, sehingga kami dapat membacanya tanpa membeli atau membayar seper pun. Tahun-tahun berikutnya, buku-buku mulai dibungkus plastik walau tidak semua. Yang boleh dibaca hanya yang tidak dibungkus plastik saja. Kalau cape membaca sambil berdiri, sesekali kami duduk di emperan rak buku atau di lantai, dan langsung berdiri ketika satpam datang. Karena secara aturan, tidak boleh membaca sambil duduk. Ada banyak buku-buku dan majalah yang menarik untuk dibaca. Kami bisa menyelesaikan membaca gratis beberapa buku sambil ngabuburit. Serial Tini, buku cerita legenda daerah se-Indonesia, serial Nina, Tin-tin, majalah Bobo, majalah Tomtom adalah beberapa buku-buku dan majalah favorit kami. 

Menjelang lebaran, berhubung ibu saya menerima jahitan, biasanya mereka pun menjahitkan baju lebarannya kepada kami. Kadang-kadang, karena banyak orderan, maka ada saja baju lebaran salah seorang anak yang baru bisa diserahkan pagi-pagi sekali di hari H. Biasanya pagi-pagi, teman-teman kecil ini sudah "nongkrong" didepan rumah kami, yang kebetulan berada di pinggir jalan, untuk menunggu tukang kuda datang. Tradisi naik kudu di hari lebaran dengan menggunakan baju baru. Naik kudanya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 10 meter dari rumah kami dan kemudian putar balik. Itulah tradisi lebaran didaerah kami, ala anak-anak jaman saya.

Sekarang teman-teman masa kecil itu sudah tersebar di beberapa tempat. Ada yang masih kontak karena memang dulunya penduduk tetap, dan baru merantau setelah lulus kuliah atau menikah. Ada yang sudah terlupakan karena cuma tinggal di lingkungan kami sebagai "kontraktor" dan biasanya hanya setahun dua tahun saja.

Ngabuburit, sebaiknya diisi dengan hal-hal yang berguna. Salah satunya memperkaya pengetahuan dengan membaca, seperti kami waktu masih anak-anak dulu. Eh, selain membaca kami juga menjelajah "Bandung" dalam perjalanan kami pulang pergi dari tempat tinggal kami ke Toko Buku Gramedia he..he..he..Seru! Terima kasih kepada Toko Buku Gramedia yang sudah memberi kesempatan kami membaca tanpa harus membeli buku pada jaman itu! Sekarang pun mungkin masih bisa membaca gratis disana, tetapi masih adakah yang mau berdiri seharian membaca buku gratis?!! (VRGultom)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun