Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Akankah Era Banjir Informasi Berakhir dengan Berkembangnya Mesin Penjawab AI?

15 Februari 2023   20:51 Diperbarui: 16 Februari 2023   13:00 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: banjir informasi | sumber: www.international-careers.com

Dengan mesin pencari Google, pengguna disajikan begitu banyak data, berupa link ke sumber informasi, ketika kita melakukan pencarian. Tergantung "keyword" yang kita masukan.

Biasanya saya menggunakan apostrophe atau tanda kutip jika ingin membatasi pencarian hanya pada kalimat (minimal dua kata) yang ingin saya cari. Misalkan "IBM Singapore". Maka Google akan menampilkan daftar link dengan judul mayoritas mengandung kata "IBM Singapore" sekalipun lokasi saya berada di Indonesia.

Setidaknya itulah yang tampil di halaman pertama sampai kedua. Biasanya saya hanya akan melihat sampai maksimal halaman ke-2 saja. Itu pun kalau benar-benar tidak menemukan judul link yang mendekati apa yang saya cari. Selanjutnya saya akan mengganti keyword pencarian dengan harapan mendapatkan apa yang saya perlukan di halaman pertama. 

Ada beberapa cara untuk membatasi pencarian di Google, namun tetap saja, link yang diberikan benar-benar semua link yang didapat oleh mesin pencari Google sesuai dengan perintah (input) yang diberikan pengguna. Dan Selanjutnya keputusan untuk memilih link ada di tangan pengguna.

Kalau dipikir-pikir, mengapa Google menampilkan daftar link sampai sebegitu banyaknya? Padahal orang menggunakan Google untuk mendapatkan informasi dengan cepat. Tidak mungkin pengguna membuka semua link yang muncul. Berasa banjir informasi karena kebanyakan. Di samping itu tidak ada filter apakah informasinya hoax atau bukan. Pengguna diminta menentukan sendiri informasi mana yang akan dia pakai atau ambil.

Dengan kemunculan ChatGPT dan teman-temannya, apakah era banyak link, atau jika boleh dikatakan sebagai banjir informasi akan berakhir?

Lantas bagaimana nasib situs-situs Internet yang tidak terlalu dapat dipercaya beritanya, atau yang cuma copy paste hasil nyolong atau comot sebagian dari sana sini dan tidak terlalu update juga beritanya?

Bagaimana dengan nasib para wartawan media online yang sering membuat judul-judul yang kurang sesuai dengan isi berita hanya demi menarik perhatian calon pembaca? Apakah mungkin mereka jadi bersaing dengan ChatGPT yang konon katanya dapat memberikan informasi lebih baik. Bahkan banyak yang berharap ChatGPT dikembangkan menjadi lebih baik daripada versi yang sekarang ada.

ilustrasi: banjir informasi | sumber: www.international-careers.com
ilustrasi: banjir informasi | sumber: www.international-careers.com

Eh robot bisa hoax atau bisa salah juga ya? Bisa dong! Buktinya mesin penjawab Google, si Bard, yang katanya dibuat untuk menyaingi ChatGPT, membuat kesalahan dalam demo pertamanya hingga membuat saham google turun USD 100 Billion. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun