Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Mba & Mas, Menjadi Kakak

21 Desember 2022   21:52 Diperbarui: 21 Desember 2022   22:50 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: berlitz.com

"Mohon ditunggu tiga hari kerja ya, Kak!", begitu tulisan yang saya baca di medsos sebagai balasan dari komplain yang diajukan oleh seorang kerabat. Padahal, kerabat saya ini adalah seorang bapak, lansia yang usianya hampir mencapai 70an. Dan foto profilenya pun terpampang jelas memperlihatkan wajah khas orang tua yang sudah lansia. 

Dulu, sangat umum memanggil seorang wanita muda dengan sebutan "Mba" atau seorang lelaki muda dengan sapaan "Mas". Sementara untuk sapaan dari orang yang jauh lebih muda kepada orang tua adalah Bapak, Ibu, Om, Tante. 

Tidak ada yang berani menyapa dengan sebutan kakak, mba, atau mas. Bahkan dulu jika berkumpul di lingkungan orang Batak, sering salah menyapa dengan sebutan "Mba/Mas". Hal ini biasanya jadi bahan bercandaan,"Gak ada mba/mas disini!". 

Sapaan mba dan Mas memang berasal dari suku Jawa yang terdengar kurang pas kalau dipakai di lingkungan orang Batak. Tetapi karena sudah menjadi suatu kebiasaan bagi kebanyakan orang menyapa mba/mas, kadang suka tidak sadar menyapa sesama orang Batak yang belum saling mengenal dengan sebutan itu. Seharusnya sapaan yang lebih pas adalah Kak/Bang.

Seiring dengan perkembangan interaksi di dunia maya, mungkin agak sulit mengenali seseorang dari usia dan jenis kelamin terutama jika tidak ada foto profile. Nama seseorang belum tentu menyatakan dengan jelas jenis kelaminnya. Nama Susi belum tentu perempuan, karena ternyata ada juga lelaki yang bernama Susi. Mungkin singkatan dari Susiawan. 

Nama Sahat, belum tentu lelaki, karena salah seorang saudara saya, seorang perempuan cantik, diberi nama "Sahat" oleh orang tuanya. Padahal nama itu biasanya diberikan kepada anak lelaki dari suku Batak. 

Demikian pula dengan nama saya, yang biasa saya singkat menjadi "VRGultom" (khusus di dunia maya), lebih sering orang memanggil saya dengan sebutan Bapak Gultom. Entahlah mengapa bukan Kak Gultom. Mungkin kata "Gultom" terlalu maskulin sehingga kurang pas disapa dengan sebutan Kak Gultom.

Panggilan "kakak" memang lebih netral dari sisi jenis kelamin. Tidak peduli jenis kelaminya apa, bisa disapa dengan sebutan kakak. Sementara mas dan mba, lebih spesifik jenis kelaminnya.

Tadinya saya pikir, sapaan kakak hanya ada di medsos saja. Ternyata tidak. Sales yang menawarkan sesuatu di shopping mall, supermarket, atau toko-toko lain pun sekarang lebih suka menyapa dengan sebutan Kakak. Ok lah tidak  masalah. Tetapi menyapa orang tua, apalagi yang sudah lansia, dengan sebutan Kakak, rasanya kurang pas. Kecuali yang menyapa seumuran dengan yang disapa. Rasanya lebih sopan menyapa dengan sebutan Bapak atau ibu. JIka tidak tahu jenis kelaminnya, sebaiknya dituliskan Bapak/Ibu.

Saya sendiri sering mendapatkan pesan whatsapp dari seseorang yang tidak saya kenal, menawarkan produk-produk seminar atau investasi, dan disapa dengan sebutan "Bapak". Mungkin karena itu tadi, marga saya tidak cocok dengan sebutan Kakak he..he..he...Biasanya saya jawab lagi dengan sebutan yang sama "Bapak" walau saya lihat dari foto profile dan namanya, yang disebutkan dalam pesan textnya sebagai pengganti kata "saya", sudah pasti wanita. Dan di seberang sana akan menjawab,"Koq Bapak sih? Yeni kan perempuan!". 

Entah kenapa pula para sales senang menyebutkan namanya, dalam setiap pembicaraan baik lisan maupun tulisan, daripada menggunakan kata ganti orang pertama untuk menunjuk ke dirinya sendiri. Apakah supaya lawan bicara mengingat namanya atau ada alasan lain. 

Saya tidak tahu. Yang jelas, menurut saya, orang dewasa menyebutkan nama untuk menunjuk ke dirinya sendiri dalam suatu pembicaraan, menimbulkan kesan kurang dewasa. Apalagi kalau yang bicara laki-laki, terkesan kurang laki-laki. 

Namun demikian, saya mencoba beradaptasi dengan pergeseran sapaan mba/mas menjadi kakak ini. Kalau dalam bahasa text, diseberang sana menyapa dengan sebutan "Kak", maka saya juga akan menyapa dengan sebutan yang sama, walau sering juga kelepasan menyebut mas/mba. 

Namun jika saya yang mengawali pembicaraan, mengirim pesan kepada orang yang belum dikenal atau baru kenal tetapi belum pernah ketemu, dan belum pernah melihat penampakannya, maka biasanya saya akan menuliskan Bapak/Ibu. Itu pun kalau dari nama kurang meyakinkan apakah laki-laki atau perempuan. 

Jika sudah tahu perempuan, biasanya saya akan menulis "Ibu", sedangkan untuk laki-laki saya akan menulis "Bapak". Kalau ternyata di sebrang sana keberatan dengan sebutan itu, biasanya mereka akan mengatakan,"Panggil nama saja!". Tidak apa-apa. Masih lebih baik daripada menyapa orang tua dengan sapaan "Kak"  (VRGultom)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun